Invasi Sekutu Yang Gagal Atas Pantai Prancis!
Sebuah markas senapan mesin MG34 Jerman
Pantai Dieppe dengan bukit karang di latar belakang tak lama setelah serbuan tanggal 19 Agustus 1942. Sebuah mobil pengintai Dingo teronggok tak berdaya dengan bannya yang amblas ke dalam pasir lembek
Pertempuran Dieppe, yang juga dikenal sebagai Penyerbuan Dieppe, Operasi Rutter atau yang kemudian disebut sebagai Operasi Jubilee, adalah sebuah serangan Sekutu tanggal 19 Agustus 1942 terhadap pelabuhan Dieppe yang dikuasai Jerman dan terletak di pantai utara Prancis. Serangan dimulai jam 05:00 subuh, dan jam 10:50 para komandan Sekutu sudah disuruh untuk mundur! Serangan ini dilakukan oleh lebih dari 6.000 orang prajurit infanteri (kebanyakan dari Kanada) yang didukung oleh armada Royal Navy dan Royal Air Force.
Tujuannya adalah untuk menguasai dan mempertahankan sebuah pelabuhan utama musuh selama beberapa lama, demi untuk membuktikan bahwa hal tersebut adalah “mungkin” untuk dilakukan, dan juga untuk mengumpulkan data-data intelijen dari tawanan yang tertangkap serta senjata yang dirampas dari musuh; jangan lupakan pula reaksi Jerman setelahnya yang bisa dijadikan bahan penelitian oleh Sekutu. Sekutu juga ingin menghancurkan sebanyak mungkin pertahanan pantai, struktur pelabuhan serta semua bangunan-bangunan strategis.
Tak ada satupun dari tujuan utama serangan ini yang berhasil tercapai. Total 3.623 dari 6.086 orang (hampir 60%) tentara Sekutu yang berhasil mendarat di pantai telah terbunuh, terluka, atau tertangkap. Royal Air Force telah gagal dalam usahanya menarik Luftwaffe dalam pertempuran terbuka, dan kehilangan 96 pesawat (setidaknya 32 di antaranya rontok karena tembakan Flak atau karena kecelakaan!) dibandingkan dengan 48 buah yang menjadi korban pesawat Luftwaffe, sementara Royal Navy kehilangan 33 kapal pendarat dan satu buah kapal perusak. Apa yang terjadi di Dieppe kemudian mempengaruhi persiapan pendaratan di Afrika Utara (Operation Torch) dan Normandia (Operation Overlord).
Bagaimanakah semua ini bermula? Mari kita kemon:
Tak lama setelah evakuasi besar-besaran British Expeditionary Forces (BEF) dari Dunkirk, pihak Inggris mulai mengembangkan sebuah pasukan penyerbu utama di bawah payung ‘Operasi Bersama’. Hal ini diikuti oleh pengembangan teknik-teknik serta peralatan yang dibutuhkan untuk operasi amfibi. Pada akhir tahun 1941 sebuah skema mulai dirancang mengenai pendaratan 12 buah divisi di Le Havre yang diharapkan akan terjadi setelah pasukan Jerman menarik pasukannya untuk menghadapi kesuksesan Soviet di Timur.
Dari hal inilah lahir sebuah proposal pendaratan percobaan yang dinamai dengan Operasi Rutter. Rutter dimaksudkan untuk menguji kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam penguasaan sebuah pelabuhan yang diduduki oleh musuh, juga mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan pengoperasian armada penyerbu, dan pengujian peralatan serta teknik-teknik pendaratan.
Dieppe, sebuah kota pantai di departemen Seine-Maritime Prancis, dibangun di deretan jurang karang panjang yang menghadap Selat Inggris. Sungai Scie terletak di ujung barat kota tersebut, sementara Sungai Arques mengalir melalui kota dan bermuara di sebuah pelabuhan berkapasitas sedang. Pada tahun 1942, pihak Jerman telah meledakkan beberapa bangunan yang menghadap pantai demi memberi jalan terhadap upaya pertahanan pantai. Mereka juga telah menempatkan dua baterai artileri raksasa di Berneval dan Varengeville. Satu pertimbangan utama para perencana Jerman dalam membangun itu semua adalah karena Dieppe berada dalam jangkauan pesawat-pesawat Royal Air Force Inggris.
Penyerbuan Dieppe adalah sebuah operasi besar yang direncanakan oleh Admiral Lord Mountbatten dari Markas Besar Combined Operations (Operasi Bersama). Pasukan penyerbu akan terdiri dari sekitar 5.000 orang prajurit Kanada, 1.000 prajurit Inggris, dan 50 prajurit Ranger Amerika. Royal Navy akan menyediakan 237 kapal laut dan kapal pendarat, sementara Royal Air Force menyediakan 74 skuadron pesawat udara, dimana 66 di antaranya adalah skuadron pemburu.
Operasi ini pertama dirancang pada bulan April 1942 oleh Markas Besar Operasi Bersama dan dinamakan sebagai “Operasi Rutter”. Sekutu bermaksud untuk melancarkan sebuah serbuan, dengan jumlah penyerang seukuran divisi, terhadap pelabuhan di pantai Prancis yang diduduki Jerman dan kemudian mendudukinya setidaknya selama dua kali laut pasang. Serbuan ini diharapkan akan menimbulkan kerusakan besar terhadap fasilitas pertahanan musuh. Rancangan operasi tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Kepala Staff bulan Mei 1942, di dalamnya termasuk skema serangan unit-unit parasut Inggris terhadap baterai-baterai artileri Jerman di sebuah tanjung, sementara pasukan infanteri Kanada akan melancarkan serangan frontal dari lautan. Entah kenapa, operasi dari udara ini kemudian dibatalkan, dan sebagai penggantinya maka Komando No.3 dan Komando No.4 akan menyerang baterai artileri dari pantai. Di bulan Juni, BBC mulai menyiarkan siaran radio peringatan terhadap warga sipil Prancis terhadap akan adanya sebuah “perang pesisir”, dan mendorong mereka untuk cepat-cepat mengungsi dari distrik-distrik pantai di daerah Prancis yang diduduki.
Pasukan untuk operasi penyerbuan ini diambil dari Komando Tenggara dan Operasi Bersama, di bawah pimpinan Lieutenant General Bernard Law Montgomery. Rencana penyerbuannya sendiri terlihat standar dan tanpa imajinasi, dengan mengandalkan serangan frontal tanpa didahului oleh bombardemen artileri terlebih dahulu. Di bawah tekanan dari pemerintah Kanada yang menginginkan agar pasukan mereka dapat sesegera mungkin terjun dalam pertempuran, maka 2nd Canadian Infantry Division di bawah pimpinan Major General John Hamilton Roberts dipilih sebagai pasukan utama.
Dukungan lapis baja diberikan oleh 14th Armoured Regiment (The Calgary Regiment) dengan mengandalkan 58 buah tank Churchill terbaru yang dikirimkan menggunakan LCT (Landing Craft Tank). Tanknya sendiri mempunyai perlengkapan yang beragam, dengan tank-tank bersenjatakan meriam utama QF 2 dilengkapi dengan Howitzer pendukung di bagian lambung, beroperasi bersama-sama dengan tank bersenjatakan meriam QF 6. Sebagai tambahan, tiga buah Churchill dipersenjatai dengan penyembur api. Semua tank telah diujicoba terlebih dahulu sehingga memungkinkan mereka dapat beroperasi di perairan dangkal di dekat pantai.
Laporan intelijen Sekutu untuk wilayah yang akan dijadikan operasi pendaratan benar-benar tidak bisa diandalkan: sebenarnya terdapat posisi pertahanan meriam Jerman yang terdapat di bukit-bukit sekitar, tapi mereka tidak terdeteksi oleh para fotografer pengintai udara. Para perencana serangan memastikan bahwa lokasi pendaratan cukup cocok untuk didarati oleh tank serta bukit-bukitnya tidak terlalu curam, semuanya dengan hanya mengandalkan hasil penelitian terhadap foto-foto liburan turis Inggris di masa pra-perang! Jelasnya, mereka telah meremehkan kekuatan pertahanan Jerman dan juga wilayah operasinya.
Bagaimana dengan pihak Jerman sendiri? Mereka telah dalam keadaan siaga penuh setelah sebelumnya mendapat peringatan dari agen ganda Prancis bahwa Inggris menaruh “perhatian” terhadap wilayah di sekitar Dieppe. Unit-unit Nachrichtentrupen (sandi) juga telah mendeteksi adanya lalu-lintas radio yang semakin meningkat, sementara kendaraan-kendaraan pendarat terlihat dikumpulkan di pelabuhan-pelabuhan selatan Inggris.
Dieppe dan bukit-bukit yang mengelilinginya kini telah diperkuat sebaik mungkin oleh garnisun berkekuatan 1.500 orang yang anggotanya berasal dari 302.Infanterie-Division (yang terdiri dari Infanterie-Regiment 570, 571 dan 572, yang masing-masing terdiri dari dua batalyon, juga Artillerie-Regiment 302, Batalyon Pengintai 302, Batalyon Anti-Tank 302, Batalyon Zeni 302, dan Batalyon Sandi 302). Mereka disebar disepanjang pantai Dieppe juga kota-kota tetangga, dan menutupi setiap tempat yang berpotensi dijadikan lokasi pendaratan oleh musuh. Selain diperkuat oleh senapan mesin, mortir dan artileri, kota dan pelabuhan Dieppe juga dipenuhi oleh konsentrasi pasukan yang memblok jalan-jalan utama (terutama di gua-gua yang banyak terdapat di bukit karang), plus tambahan pasukan cadangan di garis belakang.
Pihak yang bertahan tidak hanya ditempatkan di kotanya, tapi juga di wilayah terbuka antara satu kota dengan kota lain yang berdekatan, dan di dataran tinggi yang mengelilingi pantai. Pasukan pertahanan Jerman memfokuskan diri untuk membangun garis pertahanan di seluruh wilayah Dieppe. Elemen-elemen dari Infanterie-Regiment 571 mempertahankan stasiun radar Dieppe yang terletak di dekat Pourville dan baterai artileri di sungai Scie yang berada di Varengeville. Di sebelah baratnya, Infanterie-Regiment 570 ditempatkan di dekat baterai artileri yang berada di Berneval.
Untuk pasukan udaranya, Luftwaffe mengerahkan Jagdgeschwader 2 (JG2) dan Jagdgeschwader 26 (JG26) yang berkekuatan 200 pesawat tempur (kebanyakannya tipe Focke-Wulf Fw 190) ditambah dengan 100 buah bomber dari Kampfgeschwader 2 (KG2), Kampfgeschwader 45 (KG45) dan Kampfgeschwader 77 (KG77) dengan pesawat utamanya yaitu Dornier Do 217.
Pendaratan di Dieppe sendiri direncanakan akan dilaksanakan di empat pantai yang bersandi East-West Blue, Red, White dan Green. Royal Regiment of Canada akan mendarat di pantai Blue. Pendaratan utama dilaksanakan di pantai Red dan White dan akan dilakukan oleh Royal Hamilton Light Infantry, Essex Scottish Regiment, Les Fusiliers Mont-Royal, sebuah Commando Royal Marines dan 14th Canadian Armoured Regiment. South Saskatchewan Regiment dan Queen's Own Cameron Highlanders of Canada akan mendarat di pantai Green.
Armada Sekutu meninggalkan pantai selatan Inggris di malam tanggal 18 Agustus 1942, didahului oleh kapal penyapu ranjau yang membuka jalur pelayaran di selat Inggris bagi mereka. Armada tersebut terdiri dari delapan kapal perusak dan kapal-kapal motor bersenjata yang mengawal kapal pendarat serta kapal barkas. Pendaratan direncanakan akan dimulai pukul 04:50 subuh tanggal 19 Agustus 1942, dengan dimulai oleh serangan terhadap dua buah baterai artileri yang mengapit wilayah pendaratan utama.
Ini termasuk Varengeville oleh No. 4 Commando, Pourville oleh South Saskatchewan Regiment dan Queen's Own Cameron Highlanders of Canada, Puys oleh Royal Regiment of Canada, dan Berneval oleh No. 3 Commando. Dalam perjalanan mereka menuju ke tempat tujuan di Puys dan Berneval, pasukan penyerbu yang menaiki kapal pendarat serta pengawal berpapasan dengan konvoy kecil kapal Jerman dan beradu tembakan pukul 03:48.
Tugas yang dibebankan kepada Lieutenant Colonel John Durnford-Slater dan No.3 Commando adalah untuk melakukan dua pendaratan sejauh 13km (8 mil) di timur Dieppe yang bertujuan untuk menetralisir baterai pantai di dekat Berneval. Baterai tersebut mampu menembak lokasi pendaratan lain di Dieppe sampai sejauh 6,4km (4 mil) ke arah barat. Tiga buah meriam 170mm dan empat 105mm dari Baterai 2/770 harus “didiamkan” pada saat pasukan penyerang utama mendekati pantai pendaratan. Kapal yang membawa No.3 Commando ke pantai di sebelah timur tidak mendapat peringatan terlebih dahulu akan datangnya sebuah konvoy kapal Jerman yang sebelumnya telah terdeteksi oleh stasiun radar “Chain Home” Inggris jam 21:30. S-Boat Jerman yang mengawal sebuah kapal tanker mentorpedo beberapa kapal pendarat dan merusak Steam Gun Boat 5 yang mengawalnya. Mendapat serangan ini, Motor Launch 346 dan Landing Craft Flak 1 bersama-sama mengusir kapal Jerman. Tapi grup tersebut terpencar satu sama lain, dan kini pertahanan pantai Jerman telah “terbangun”.
Hanya 18 orang Komando yang mendarat di pantai yang tepat. Mereka mencapai garis batas Baterai melalui Berneval dan menyerbu dengan menggunakan senapan ringan. Meskipun tak mampu menghancurkan meriam yang menjadi sasaran, tembakan mereka yang dilakukan dari tempat yang tersembunyi berhasil mengalihkan perhatian para awak baterai Jerman sehingga gunner mereka menembak dengan liar tanpa ada laporan kapal Sekutu yang tenggelam satu pun karena ulahnya! Akhirnya pasukan Komando dipaksa mundur di tengah hadapan musuh yang berkekuatan jauh lebih banyak.
Tugas yang dibebankan kepada Lieutenant Colonel Lord Lovat dan No.4 Commando (termasuk 50 orang Rangers dari Angkatan Darat Amerika Serikat) adalah untuk melakukan dua pendaratan sejauh 9,7km (6 mil) di barat Dieppe demi menetralisir baterai pantai di dekat Varengeville. Setelah mendarat di sisi kanan mereka mendaki bukit karang, dan berhasil melakukan tugas mereka, “mendiamkan” sebuah baterai artileri yang berkekuatan enam buah meriam 150mm. Ini tercatat sebagai kesuksesan SATU-SATUNYA dari Operasi Ceilee eh Jubilee! Pasukan Komando kemudian mundur pukul 07:30 sesuai dengan rencana. Kebanyakan anggota No.4 Commando berhasil kembali dengan selamat ke Inggris. Serangan mereka kemudian digolongkan sebagai sebuah contoh bagi serangan pasukan Komando di masa depan, sementara Lord Lovat dianugerahi Distinguished Service Order dan Captain Patrick Porteous dari No.4 Commando mendapat Victoria Cross atas perannya dalam serangan ini.
Pertempuran laut antara konvoy kecil Jerman dengan kapal yang membawa No.3 Commando telah menyiagakan para pasukan pertahanan Jerman di Pantai Blue. Pendaratan di dekat Puys sendiri dilakukan oleh Royal Regiment of Canada ditambah dengan tiga peleton dari Black Watch of Canada dan sebuah detasemen artileri yang diberi tugas untuk menetralisir baterai artileri serta senapan mesin yang melindungi pantai Dieppe. Mereka terlambat 20 menit dari jadwal yang ditentukan sehingga asap pelindung yang seharusnya menutupi aksi mereka kini telah terangkat.
Dengan hilangnya unsur kejutan serta kegelapan, kini pasukan Jerman telah siap-siaga di posisi mereka masing-masing sambil bersiap menanti kedatangan pasukan pendarat. Mereka telah terlindungi dengan baik dan mampu membuat pasukan Kanada (yang kemudian mendarat) tertahan di tempatnya. Tak lama setelah mencapai pantai, orang-orang Kanada ini mendapati diri mereka terjebak antara pantai dengan pasukan musuh sehingga tak mampu untuk bergerak. Royal Regiment of Canada secara resmi hancur lebur alias musnah alias euweuh deui alias wani piro: dari 556 orang anggota resimen ini, 200 orang tewas sementara 264 orang tertawan!
Di pantai Green, pada saat yang bersamaan dengan mendaratnya No.4 Commando, South Saskatchewan Regiment berangkat menuju Pourville. Mereka mendarat pukul 04:52 tanpa terdeteksi. Resimen ini mampu meninggalkan kapal pendarat mereka sebelum pasukan Jerman membuka tembakan. Sialnya, di tengah pendaratan beberapa kapal pendarat telah terbawa arus sehingga kebanyakan anggota batalyon mendapati diri mereka mendarat di sebelah barat sungai Scie dan bukan di sebelah timurnya! Karena mereka telah mendarat di tempat yang salah, maka resimen ini (dengan bukit target mereka berada di sebelah timur desa) mau tidak mau harus memasuki Pourville demi melintasi sungai dengan jembatan satu-satunya yang terdapat disitu.
Sebelum Saskatchewan mencapai jembatan, pasukan Jerman telah menempatkan senapan mesin dan senjata anti-tank untuk memblok pergerakan mereka. Tentu saja penyeberangan ini berubah menjadi neraka, dengan tentara yang tewas serta luka-luka memenuhi jembatan. Melihat ini, sang komandan (Lieutenant-Colonel Charles Cecil Ingersoll Merritt) dengan gagah berani maju ke depan dan berteriak kepada anakbuahnya: “Ayolah cepat! Tak ada apa-apa disini!” Penyerangan dimulai kembali, tapi tak ada satupun wilayah yang berhasil diduduki. Saskatchewan dan Cameron Highlanders of Canada, yang mendarat di sebelah mereka, tak mampu mencapai target yang dibebankan.
Meskipun Cameron mampu melakukan penetrasi lebih dalam dibandingkan dengan pasukan lain di hari itu, tapi mereka pun tak lama kemudian dipaksa untuk mundur kembali saat pasukan cadangan Jerman dikirimkan secara buru-buru ke lokasi pertempuran. Dengan waktu yang semakin menipis, kedua resimen ini menderita lebih banyak lagi korban saat mereka mundur. Hanya 341 orang yang mampu mencapai kapal pendarat dan kabur, sementara yang lainnya dipaksa untuk menyerah. Untuk perannya dalam pertempuran ini, Letkol Merritt dianugerahi Victoria Cross.
Salah satu sasaran penyerbuan Dieppe adalah untuk menemukan peran penting serta akurasi dari sebuah stasiun radar Jerman yang terletak di puncak bukit sebelah timur kota Pourville. Untuk mencapainya, Flight Sergeant Jack Nissenthall dari RAF (yang merupakan seorang pakar radar) diperbantukan di South Saskatchewan Regiment. Dia akan dimasukkan ke stasiun radar dan kemudian mempelajari rahasia-rahasia penting yang terkandung di dalamnya. Tentu saja dia tidak sendirian dalam menjalankan tugasnya, melainkan dibantu oleh sebuah unit kecil yang terdiri dari 11 orang Saskatchewan sebagai bodyguard. Nissenthall menawarkan diri secara sukarela untuk bergabung dalam misi ini dan mengetahui betul bahwa, karena pengetahuannya yang sangat luas akan teknologi radar Sekutu, maka para bodyguard Saskatchewan-nya akan membunuhnya bila diperlukan demi mencegah dia jatuh ke tangan Jerman!
Tidak hanya itu, dia juga membawa sebuah pil sianida sebagai usaha pengamanan terakhir. Nissenthall dan para pengiringnya gagal memasuki stasiun radar karena pertahanan musuh yang terlalu kuat, meskipun Nissenthall kemudian mampu untuk merangkak ke bagian belakang stasiun di bawah rentetan tembakan dan berhasil memutus semua sambungan telepon yang menuju ke stasiun tersebut. Hal ini memaksa para awak stasiun di dalam untuk beralih menggunakan sambungan transmisi radio untuk berbicara dengan komandannya, transmisi yang sudah disadap oleh para “penguping” Sekutu di pantai selatan Inggris. Sekutu mampu mempelajari banyak hal tentang larik antena stasiun radar Jerman di sepanjang pantai Channel karena tindakan yang sederhana ini, dan yang meyakinkan mereka akan pentingnya mengembangkan teknologi pengacak radar. Dari unit kecil ini, hanya Nissenthall dan satu lagi yang berhasil kembali dengan selamat ke Inggris.
Untuk mempersiapkan wilayah yang akan menjadi lokasi pendaratan utama, empat buah kapal perusak membombardir pantai saat kapal pendarat mendekat. Pukul 05:15 mereka dibantu oleh lima buah skuadron Hurricane RAF yang membom pertahanan pantai dan mengeluarkan pelindung asap yang menutupi pasukan penyerang. Antara pukul 05:20 dan 05:23, 30 menit setelah pendaratan pertama dilakukan, serangan frontal utama dilakukan oleh Essex Scottish dan Hamilton Light Infantry. Pasukan infanteri ini tadinya akan dilindungi oleh tank-tank Churchill dari 14th Canadian Armoured Regiment yang mendarat di waktu yang sama, hanya saja mereka kemudian tiba di pantai lebih lambat dari waktu yang ditentukan.
Sebagai akibatnya, dua resimen infanteri mau tidak mau harus menyerang tanpa perlindungan kendaraan lapis baja. Mereka menghadapi tembakan gencar senapan mesin yang datang dari tempat-tempat perlindungan yang digali di bukit-bukit yang berdekatan. Pasukan Sekutu menjadi bulan-bulanan tembakan Jerman. Ketika tank-tank akhirnya datang, hanya 29 saja yang mendarat. Dua di antaranya nyungseb di air dalam, dan 12 lainnya tak mampu bergerak sama sekali di lapisan pasir pantai yang lunak. Hanya 15 tank yang mampu melintasi benteng laut, tapi kemudian mereka menghadapi serangkaian rintangan tank yang menghalangi mereka dari memasuki kota. Karena tidak bisa maju, mereka akhirnya dipaksa untuk kembali ke pantai demi menyediakan tembakan perlindungan bagi pasukan infanteri yang kini juga sama-sama mundur. Tak ada satupun tank ini yang berhasil kembali ke Inggris. Semua awaknya yang mendarat kemudian terbunuh atau tertangkap.
Tanpa sadar akan situasi yang terjadi di pantai akibat halangan asap pelindung yang disebarkan oleh kapal perusak, Mayjen Roberts mengirimkan dua unit cadangan ke garis depan: Fusiliers Mont-Royal dan Royal Marines. Pukul 07:00 Fusiliers, di bawah komando Lieutenant-Colonel Dollard Ménard, berangkat menuju pantai dengan menggunakan 26 buah kapal pendarat. Mereka langsung disambut oleh pasukan Jerman dengan “selayaknya”, yang menghujani mereka dengan tembakan senapan mesin, mortir, dan granat. Fusiliers hancur total, dan hanya beberapa orang yang mampu mencapai kota. Orang-orang ini pun bernasib tidak kalah naasnya, karena sekarang mereka harus melalui tengah-tengah kota Dieppe dan terjebak di bawah bukit karang.
Robert lalu memerintahkan Royal Marines untuk menolong mereka. Pasukan ini tidaklah dirancang sebagai pasukan pendukung Fusiliers, dan mereka harus dipindahkan terlebih dahulu dari gunboat dan motorboat ke kapal pendarat. Tak hanya itu, kapal mereka pun dihajar habis-habisan saat mencoba mendarat sehingga banyak di antaranya yang hancur atau rusak. Royal Marines yang berhasil sampai ke pantai kemudian tewas atau tertangkap. Setelah insyaf akan situasi gawat darurat yang kini terjadi, komandan Royal Marines (Lieutenant-Colonel Phillipps) berdiri di atas buritan kapal pendaratnya dan memberi sandi kepada sisa anakbuahnya untuk kembali lagi. Beberapa saat kemudian dia tewas terbunuh...
Selama penyerbuan, sebuah peleton mortar dari Calgary Highlanders yang dikomandani oleh Lieutenant F.J. Reynolds diikutsertakan pada tim pendarat, tapi kemudian mereka tetap berada jauh dari pantai setelah dua buah tank yang berada bersama mereka di kapal (diberi nama sandi Bert dan Bill) mendarat. Nama Sergeant Lyster dan Pittaway kemudian disebutkan dalam laporan pasca-pertempuran atas aksi mereka menembak jatuh dua buah pesawat Jerman, sementara seorang perwira dari resimen tersebut terbunuh saat berada di pantai bersama markas brigade.
Pada pukul 11:00, di bawah tembakan gencar pihak Jerman, gerakan mundur dari pantai pendaratan utama mulai dilakukan dan baru selesai pukul 14:00. Korban penyerbuan Dieppe tercatat sebagai berikut: 3.367 prajurit Kanada dan 275 pasukan Komando Inggris tewas, luka-luka atau ditawan. Royal Navy kehilangan satu buah kapal perusak dan 33 kapal pendarat, juga 550 orang yang tewas atau terluka. RAF kehilangan 106 pesawat sementara Luftwaffe 48. Korban di pihak Angkatan darat Jerman sendiri tercatat 591 orang.
Medali Victoria Cross dianugerahkan kepada tiga orang yang terlibat dalam operasi ini: kepada Captain Porteous, No. 4 Commando; Reverend John Weir Foote, pendeta di Royal Hamilton Light Infantry; dan Lieutenant-Colonel Merritt dari South Saskatchewan Regiment. Baik Foote maupun Merritt menjadi tawanan perang. Dua tahun kemudian (1944), 2nd Canadian Infantry Division berhasil membebaskan Dieppe dari tangan Jerman, sementara Mayjen Roberts yang menjadi komandan mereka telah dipindahkan untuk menjadi komandan unit cadangan di Inggris.
Jenderal Montgomery ditunjuk menjadi komandan 21st Army Group sekaligus sebagai panglima seluruh pasukan darat dalam pendaratan di Normandia bulan Juni 1944. Pada bulan Oktober 1943 Laksamana Mountbatten ditunjuk sebagai Panglima Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara. Mountbatten kemudian membenarkan penyerbuan ke Dieppe dengan mengatakan bahwa pelajaran yang diambil dari penyerbuan tersebut kemudian banyak membantu pihak Sekutu dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya.
Dia kemudian mengklaim, “Aku tak punya keraguan sedikitpun bahwa Pertempuran Normandia sebenarnya dimenangkan di pantai Dieppe. Untuk setiap orang yang gugur di Dieppe tahun 1942, setidaknya 10 orang telah terselamatkan di Normandia tahun 1944.” Klaim ini diperdebatkan oleh sejarawan militer Mayjen Julian Thompson. Penyerbuan amfibi di Afrika Utara dilakukan hanya tiga bulan setelah Dieppe, dan pendaratan Normandia yang lebih sukses dilakukan dua tahun setelahnya.
Tak lama setelah kehancuran di Dieppe, pihak Inggris mengembangkan kendaraan lapis baja khusus dari berbagai jenis yang memungkinkan para awaknya melakukan tugas-tugas berbahaya dengan terlindungi oleh lapisan baja (yang paling terkenal dari kendaraan macam ini adalah Hobart’s Funnies, cari saja di www.cubluk.com untuk keterangan lebih lanjutnya!). Bencana Dieppe juga menyadarkan Sekutu untuk lebih menggalakkan dukungan tembakan kapal laut saat penyerbuan amfibi dilakukan, dan ini juga termasuk pembombardiran dari udara. Operasi ini telah menunjukkan begitu banyak kekurangan dalam teknik-teknik pelindung darat RAF, sehingga tak lama kemudian didirikanlah sebuah Unit Taktis Angkatan Udara yang terintegrasi yang bertujuan sepenuhnya untuk mendukung ofensif di darat.
Operasi udara Sekutu dalam rangka mendukung Operasi Jubilee berujung pada beberapa pertempuran udara paling sengit dari sejak tahun 1940. tujuan utama RAF adalah untuk memberikan payung perlindungan di atas pasukan penyerang amfibi serta lokasi pendaratan, plus untuk memaksa Luftwaffe terjun ke dalam perang habis-habisan di tengah medan yang ditentukan oleh Sekutu. Sekitar 51 skuadron pemburu Spitfire dikerahkan, bersama dengan delapan skuadron pemburu-pembom Hurricane, empat skuadron pengintai Mustang Mk Is dan tujuh skuadron grup pembom ringan no.2. untuk menghadapinya, Luftwaffe mengerahkan 120 pemburu yang operasional dari Jagdgeschwader 2 dan 26 (JG 2 dan JG 26), pesawat-pesawat pembom Dornier Do 217 dari Kampfgeschwader 2 dan berbagai elemen pembom anti kapal laut yang berasal dari III./KG 53, II./KG 40 dan I./KG 77.
Meskipun pada awalnya rada terlambat merespons operasi pendaratan tersebut, pemburu-pemburu Jerman mulai membuat kehadiran mereka dirasakan seiring dengan berlalunya waktu. Meskipun (lagi) pesawat-pesawat pemburu Sekutu cukup sukses dalam melindungi pasukan darat dan laut dari serangan pembom Jerman, tapi mereka kelimpungan ketika harus berhadapan dengan pilot-pilot Jagdgeschwader yang berpengalaman.
Seusai pertempuran, Komando Pemburu Inggris dengan Pede (persis dedemit) mengatakan bahwa mereka telah menimbulkan korban besar buat Luftwaffe. Fakta di lapangan membuktikan sebaliknya! Korban di pihak Sekutu berjumlah 106 pesawat, termasuk 88 buah pesawat pemburu RAF yang hancur atau rusak. Dari jumlah ini, 44 Spitfire menjadi korban dalam pertempuran udara dan sisa tiga lagi hancur oleh tembakan Flak dari darat. 23 pesawat lainnya hancur atau rusak oleh Flak, atau disebabkan kecelakaan. Jumlah keseluruhan Spitfire yang hancur atau rusak adalah 70 buah. Selain itu, 18 pembom juga menjadi korban. Di pihak Luftwaffe, 48 pesawat hancur. Dari jumlah ini, 28 di antaranya adalah pembom, yang setengah di antaranya adalah Dornier Do 217 dari KG 2. Satu dari dua Jagdgeschwader yang terlibat, JG 2, kehilangan 14 Focke-Wulf Fw 190 dan delapan pilotnya yang terbunuh. JG 26 kehilangan enam Fw 190 bersama dengan pilotnya.
Saat pendaratan terjadi, Brigadier William Wallace Southam membawa ke pantai sebuah salinan rencana penyerangan yang diklasifikasikan sebagai dokumen super rahasia. Meskipun dia mencoba menguburnya di bawah kerikil saat menyerah kepada pasukan Jerman, tapi usahanya diketahui oleh penawannya sehingga salinan tersebut jatuh ke tangan Wehrmacht. Rencana penyerangan, yang kemudian dikritik pedas karena ukurannya yang besar dan tahapannya yang terlalu rumit, mengandung perintah untuk memborgol tawanan. Tidak hanya itu, pihak Wehrmacht kemudian menerima laporan akan adanya mayat seorang tawanan Jerman terbawa arus ke pantai dengan tangan terikat ke belakang tak lama setelah tentara Kanada mundur.
Ketika hal ini disampaikan kepada Hitler, dia memerintahkan agar balik memborgol setiap tentara Kanada yang tertangkap. Tidak mau kalah, pihak berwenang Inggris dan Kanada langsung memerintahkan hal yang sama terhadap tawanan Jerman yang disekap di Kanada. Meskipun pemerintahan Kanada menentang perlakuan ini, yang mereka anggap akan berpengaruh buruk terhadap warga mereka yang menjadi tawanan Jerman, tapi pada akhirnya mereka nurut juga demi mempertahankan hubungan baik serta persatuan dengan induk semangnya, Inggris. Ujung-ujungnya, seperti yang telah diduga oleh Kanada, perintah pemborgolan ini menjadi penyebab utama dari masalah besar dan satu-satunya pemberontakan terbuka di sebuah kamp tawanan Kanada dalam Perang Dunia II, suatu peristiwa yang dikenal dengan nama “Battle of Bowmanville”. Tidak mau membuat masalah lagi, pihak Kanada dan Jerman tak lama kemudian mencabut kebijakan ini setelah adanya campur tangan dari negara netral Swiss.
Jerman memutuskan untuk memberi hadiah terhadap kota Dieppe akan tindakannya yang tidak membantu pasukan penyerang dengan membebaskan semua tawanan Prancis asal Dieppe yang berada dalam kamp mereka, dan bahkan tidak protes sedikitpun saat menerima daftar panjang orang-orang yang harus dibebaskan yang diserahkan oleh pejabat kota Dieppe. Akibatnya, ratusan tawanan Prancis dipersilakan untuk menghidup udara bebas, dengan banyak di antaranya bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Dieppe! Sebagai tambahan, Hitler memberikan hibah 10 juta francs kepada kota tersebut.
Kesaksian dari tangan pertama serta memoar dari banyak veteran Kanada yang mendokumentasikan pengalaman mereka di pantai Dieppe sama-sama memberitakan tentang kesiapan pihak pertahanan Jerman yang tidak biasa, seakan-akan mereka tahu akan adanya serangan jauh sebelum waktunya. Salah seorang perwira yang ikut terlibat, Lieutenant Colonel Labatt, bersaksi bahwa dia melihat sebuah papan-papan penunjuk yang digunakan untuk latihan mortir, yang tampaknya belum lama dipasang, di pantai. Tidak hanya itu, saat baru saja mendarat di pantai Dieppe, kapal-kapal pendarat langsung dihantam oleh bom-bom artileri dengan ketepatan yang mengejutkan.
Adanya tanda penunjuk latihan serta pemboman yang jitu menjadi petunjuk akan adanya sebuah pasukan yang siap-sedia. Di tempat lain, saat interogasi terhadap seorang tawanan Jerman dilakukan, Major C. E. Page menemukan bahwa empat batalyon senapan mesin sengaja dibawa secara “special pake telor” sebagai antisipasi serangan! Bagaimanapun, faktor utama yang membuat Sekutu yakin bahwa Jerman telah bersiap-sedia menghadapi pendaratan berminggu sebelumnya adalah kesaksian dari begitu banyak tawanan Jerman, pihak Jerman yang menangkap tentara Sekutu, serta penduduk sekitar yang semuanya mengatakan hal yang sama persis: Gue... elo... end!
Hal “ajaib” lain yang berkaitan dengan pendaratan Dieppe adalah ini: Pada tanggal 17 Agustus 1942, petunjuk “pelabuhan Prancis (6)” nongol dalam TTS (Teka-Teki Silang) yang dimuat di Daily Telegraph (dibuat oleh Leonard Dawe), diikuti dengan jawabannya “Dieppe” keesokan harinya; tanggal 19 Agustus, penyerbuan terhadap Dieppe dilancarkan. Kantor Perang Sekutu sempat mencurigai bahwa TTS tersebut telah digunakan untuk menyampaikan pesan intelijen kepada musuh sehingga memerintahkan Lord Tweedsmuir, perwira intelijen senior yang diperbantukan di Angkatan Darat Kanada, untuk menginvestigasi TTS tersebut. Tweedsmuir, putra dari pengarang terkenal John Buchan, kemudian berkomentar:
“Kami menemukan bahwa TTS tersebut mengandung kata “Dieppe”, sehingga kemudian bahkan M15 (dinas intelijen Inggris) ikut campur tangan melakukan penyelidikan yang menyeluruh terhadap sang pembuatnya. Tapi pada akhirnya disimpulkan bahwa hal ini adalah suatu kebetulan yang mengagumkan belaka – benar-benar suatu kebetulan!”
Prajurit-prajurit yang kehilangan nyawanya dalam Pertempuran Dieppe dikuburkan oleh pihak Jerman, dan menciptakan sebuah layout yang unik di Kuburan Perang Kanada Dieppe – batu nisannya telah ditempatkan saling membelakangi dalam dua baris, yang merupakan suatu hal yang normal ditemui di kuburan perang Jerman tapi tidak ditemukan di lokasi kuburan perang Persemakmuran selainnya! Ketika Sekutu menduduki Dieppe sebagai bagian Operation Fusilade tahun 1944, penanda kuburannya digantikan tapi layoutnya tetap dibiarkan tidak berubah untuk menghindari “terganggunya” sisa-sisa jenazah yang terkubur di dalamnya. (Oleh: Alif Rafik Khan)
Tujuannya adalah untuk menguasai dan mempertahankan sebuah pelabuhan utama musuh selama beberapa lama, demi untuk membuktikan bahwa hal tersebut adalah “mungkin” untuk dilakukan, dan juga untuk mengumpulkan data-data intelijen dari tawanan yang tertangkap serta senjata yang dirampas dari musuh; jangan lupakan pula reaksi Jerman setelahnya yang bisa dijadikan bahan penelitian oleh Sekutu. Sekutu juga ingin menghancurkan sebanyak mungkin pertahanan pantai, struktur pelabuhan serta semua bangunan-bangunan strategis.
Tak ada satupun dari tujuan utama serangan ini yang berhasil tercapai. Total 3.623 dari 6.086 orang (hampir 60%) tentara Sekutu yang berhasil mendarat di pantai telah terbunuh, terluka, atau tertangkap. Royal Air Force telah gagal dalam usahanya menarik Luftwaffe dalam pertempuran terbuka, dan kehilangan 96 pesawat (setidaknya 32 di antaranya rontok karena tembakan Flak atau karena kecelakaan!) dibandingkan dengan 48 buah yang menjadi korban pesawat Luftwaffe, sementara Royal Navy kehilangan 33 kapal pendarat dan satu buah kapal perusak. Apa yang terjadi di Dieppe kemudian mempengaruhi persiapan pendaratan di Afrika Utara (Operation Torch) dan Normandia (Operation Overlord).
Bagaimanakah semua ini bermula? Mari kita kemon:
Tak lama setelah evakuasi besar-besaran British Expeditionary Forces (BEF) dari Dunkirk, pihak Inggris mulai mengembangkan sebuah pasukan penyerbu utama di bawah payung ‘Operasi Bersama’. Hal ini diikuti oleh pengembangan teknik-teknik serta peralatan yang dibutuhkan untuk operasi amfibi. Pada akhir tahun 1941 sebuah skema mulai dirancang mengenai pendaratan 12 buah divisi di Le Havre yang diharapkan akan terjadi setelah pasukan Jerman menarik pasukannya untuk menghadapi kesuksesan Soviet di Timur.
Dari hal inilah lahir sebuah proposal pendaratan percobaan yang dinamai dengan Operasi Rutter. Rutter dimaksudkan untuk menguji kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam penguasaan sebuah pelabuhan yang diduduki oleh musuh, juga mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan pengoperasian armada penyerbu, dan pengujian peralatan serta teknik-teknik pendaratan.
Dieppe, sebuah kota pantai di departemen Seine-Maritime Prancis, dibangun di deretan jurang karang panjang yang menghadap Selat Inggris. Sungai Scie terletak di ujung barat kota tersebut, sementara Sungai Arques mengalir melalui kota dan bermuara di sebuah pelabuhan berkapasitas sedang. Pada tahun 1942, pihak Jerman telah meledakkan beberapa bangunan yang menghadap pantai demi memberi jalan terhadap upaya pertahanan pantai. Mereka juga telah menempatkan dua baterai artileri raksasa di Berneval dan Varengeville. Satu pertimbangan utama para perencana Jerman dalam membangun itu semua adalah karena Dieppe berada dalam jangkauan pesawat-pesawat Royal Air Force Inggris.
Penyerbuan Dieppe adalah sebuah operasi besar yang direncanakan oleh Admiral Lord Mountbatten dari Markas Besar Combined Operations (Operasi Bersama). Pasukan penyerbu akan terdiri dari sekitar 5.000 orang prajurit Kanada, 1.000 prajurit Inggris, dan 50 prajurit Ranger Amerika. Royal Navy akan menyediakan 237 kapal laut dan kapal pendarat, sementara Royal Air Force menyediakan 74 skuadron pesawat udara, dimana 66 di antaranya adalah skuadron pemburu.
Operasi ini pertama dirancang pada bulan April 1942 oleh Markas Besar Operasi Bersama dan dinamakan sebagai “Operasi Rutter”. Sekutu bermaksud untuk melancarkan sebuah serbuan, dengan jumlah penyerang seukuran divisi, terhadap pelabuhan di pantai Prancis yang diduduki Jerman dan kemudian mendudukinya setidaknya selama dua kali laut pasang. Serbuan ini diharapkan akan menimbulkan kerusakan besar terhadap fasilitas pertahanan musuh. Rancangan operasi tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Kepala Staff bulan Mei 1942, di dalamnya termasuk skema serangan unit-unit parasut Inggris terhadap baterai-baterai artileri Jerman di sebuah tanjung, sementara pasukan infanteri Kanada akan melancarkan serangan frontal dari lautan. Entah kenapa, operasi dari udara ini kemudian dibatalkan, dan sebagai penggantinya maka Komando No.3 dan Komando No.4 akan menyerang baterai artileri dari pantai. Di bulan Juni, BBC mulai menyiarkan siaran radio peringatan terhadap warga sipil Prancis terhadap akan adanya sebuah “perang pesisir”, dan mendorong mereka untuk cepat-cepat mengungsi dari distrik-distrik pantai di daerah Prancis yang diduduki.
Pasukan untuk operasi penyerbuan ini diambil dari Komando Tenggara dan Operasi Bersama, di bawah pimpinan Lieutenant General Bernard Law Montgomery. Rencana penyerbuannya sendiri terlihat standar dan tanpa imajinasi, dengan mengandalkan serangan frontal tanpa didahului oleh bombardemen artileri terlebih dahulu. Di bawah tekanan dari pemerintah Kanada yang menginginkan agar pasukan mereka dapat sesegera mungkin terjun dalam pertempuran, maka 2nd Canadian Infantry Division di bawah pimpinan Major General John Hamilton Roberts dipilih sebagai pasukan utama.
Dukungan lapis baja diberikan oleh 14th Armoured Regiment (The Calgary Regiment) dengan mengandalkan 58 buah tank Churchill terbaru yang dikirimkan menggunakan LCT (Landing Craft Tank). Tanknya sendiri mempunyai perlengkapan yang beragam, dengan tank-tank bersenjatakan meriam utama QF 2 dilengkapi dengan Howitzer pendukung di bagian lambung, beroperasi bersama-sama dengan tank bersenjatakan meriam QF 6. Sebagai tambahan, tiga buah Churchill dipersenjatai dengan penyembur api. Semua tank telah diujicoba terlebih dahulu sehingga memungkinkan mereka dapat beroperasi di perairan dangkal di dekat pantai.
Laporan intelijen Sekutu untuk wilayah yang akan dijadikan operasi pendaratan benar-benar tidak bisa diandalkan: sebenarnya terdapat posisi pertahanan meriam Jerman yang terdapat di bukit-bukit sekitar, tapi mereka tidak terdeteksi oleh para fotografer pengintai udara. Para perencana serangan memastikan bahwa lokasi pendaratan cukup cocok untuk didarati oleh tank serta bukit-bukitnya tidak terlalu curam, semuanya dengan hanya mengandalkan hasil penelitian terhadap foto-foto liburan turis Inggris di masa pra-perang! Jelasnya, mereka telah meremehkan kekuatan pertahanan Jerman dan juga wilayah operasinya.
Bagaimana dengan pihak Jerman sendiri? Mereka telah dalam keadaan siaga penuh setelah sebelumnya mendapat peringatan dari agen ganda Prancis bahwa Inggris menaruh “perhatian” terhadap wilayah di sekitar Dieppe. Unit-unit Nachrichtentrupen (sandi) juga telah mendeteksi adanya lalu-lintas radio yang semakin meningkat, sementara kendaraan-kendaraan pendarat terlihat dikumpulkan di pelabuhan-pelabuhan selatan Inggris.
Dieppe dan bukit-bukit yang mengelilinginya kini telah diperkuat sebaik mungkin oleh garnisun berkekuatan 1.500 orang yang anggotanya berasal dari 302.Infanterie-Division (yang terdiri dari Infanterie-Regiment 570, 571 dan 572, yang masing-masing terdiri dari dua batalyon, juga Artillerie-Regiment 302, Batalyon Pengintai 302, Batalyon Anti-Tank 302, Batalyon Zeni 302, dan Batalyon Sandi 302). Mereka disebar disepanjang pantai Dieppe juga kota-kota tetangga, dan menutupi setiap tempat yang berpotensi dijadikan lokasi pendaratan oleh musuh. Selain diperkuat oleh senapan mesin, mortir dan artileri, kota dan pelabuhan Dieppe juga dipenuhi oleh konsentrasi pasukan yang memblok jalan-jalan utama (terutama di gua-gua yang banyak terdapat di bukit karang), plus tambahan pasukan cadangan di garis belakang.
Pihak yang bertahan tidak hanya ditempatkan di kotanya, tapi juga di wilayah terbuka antara satu kota dengan kota lain yang berdekatan, dan di dataran tinggi yang mengelilingi pantai. Pasukan pertahanan Jerman memfokuskan diri untuk membangun garis pertahanan di seluruh wilayah Dieppe. Elemen-elemen dari Infanterie-Regiment 571 mempertahankan stasiun radar Dieppe yang terletak di dekat Pourville dan baterai artileri di sungai Scie yang berada di Varengeville. Di sebelah baratnya, Infanterie-Regiment 570 ditempatkan di dekat baterai artileri yang berada di Berneval.
Untuk pasukan udaranya, Luftwaffe mengerahkan Jagdgeschwader 2 (JG2) dan Jagdgeschwader 26 (JG26) yang berkekuatan 200 pesawat tempur (kebanyakannya tipe Focke-Wulf Fw 190) ditambah dengan 100 buah bomber dari Kampfgeschwader 2 (KG2), Kampfgeschwader 45 (KG45) dan Kampfgeschwader 77 (KG77) dengan pesawat utamanya yaitu Dornier Do 217.
Pendaratan di Dieppe sendiri direncanakan akan dilaksanakan di empat pantai yang bersandi East-West Blue, Red, White dan Green. Royal Regiment of Canada akan mendarat di pantai Blue. Pendaratan utama dilaksanakan di pantai Red dan White dan akan dilakukan oleh Royal Hamilton Light Infantry, Essex Scottish Regiment, Les Fusiliers Mont-Royal, sebuah Commando Royal Marines dan 14th Canadian Armoured Regiment. South Saskatchewan Regiment dan Queen's Own Cameron Highlanders of Canada akan mendarat di pantai Green.
Armada Sekutu meninggalkan pantai selatan Inggris di malam tanggal 18 Agustus 1942, didahului oleh kapal penyapu ranjau yang membuka jalur pelayaran di selat Inggris bagi mereka. Armada tersebut terdiri dari delapan kapal perusak dan kapal-kapal motor bersenjata yang mengawal kapal pendarat serta kapal barkas. Pendaratan direncanakan akan dimulai pukul 04:50 subuh tanggal 19 Agustus 1942, dengan dimulai oleh serangan terhadap dua buah baterai artileri yang mengapit wilayah pendaratan utama.
Ini termasuk Varengeville oleh No. 4 Commando, Pourville oleh South Saskatchewan Regiment dan Queen's Own Cameron Highlanders of Canada, Puys oleh Royal Regiment of Canada, dan Berneval oleh No. 3 Commando. Dalam perjalanan mereka menuju ke tempat tujuan di Puys dan Berneval, pasukan penyerbu yang menaiki kapal pendarat serta pengawal berpapasan dengan konvoy kecil kapal Jerman dan beradu tembakan pukul 03:48.
Tugas yang dibebankan kepada Lieutenant Colonel John Durnford-Slater dan No.3 Commando adalah untuk melakukan dua pendaratan sejauh 13km (8 mil) di timur Dieppe yang bertujuan untuk menetralisir baterai pantai di dekat Berneval. Baterai tersebut mampu menembak lokasi pendaratan lain di Dieppe sampai sejauh 6,4km (4 mil) ke arah barat. Tiga buah meriam 170mm dan empat 105mm dari Baterai 2/770 harus “didiamkan” pada saat pasukan penyerang utama mendekati pantai pendaratan. Kapal yang membawa No.3 Commando ke pantai di sebelah timur tidak mendapat peringatan terlebih dahulu akan datangnya sebuah konvoy kapal Jerman yang sebelumnya telah terdeteksi oleh stasiun radar “Chain Home” Inggris jam 21:30. S-Boat Jerman yang mengawal sebuah kapal tanker mentorpedo beberapa kapal pendarat dan merusak Steam Gun Boat 5 yang mengawalnya. Mendapat serangan ini, Motor Launch 346 dan Landing Craft Flak 1 bersama-sama mengusir kapal Jerman. Tapi grup tersebut terpencar satu sama lain, dan kini pertahanan pantai Jerman telah “terbangun”.
Hanya 18 orang Komando yang mendarat di pantai yang tepat. Mereka mencapai garis batas Baterai melalui Berneval dan menyerbu dengan menggunakan senapan ringan. Meskipun tak mampu menghancurkan meriam yang menjadi sasaran, tembakan mereka yang dilakukan dari tempat yang tersembunyi berhasil mengalihkan perhatian para awak baterai Jerman sehingga gunner mereka menembak dengan liar tanpa ada laporan kapal Sekutu yang tenggelam satu pun karena ulahnya! Akhirnya pasukan Komando dipaksa mundur di tengah hadapan musuh yang berkekuatan jauh lebih banyak.
Tugas yang dibebankan kepada Lieutenant Colonel Lord Lovat dan No.4 Commando (termasuk 50 orang Rangers dari Angkatan Darat Amerika Serikat) adalah untuk melakukan dua pendaratan sejauh 9,7km (6 mil) di barat Dieppe demi menetralisir baterai pantai di dekat Varengeville. Setelah mendarat di sisi kanan mereka mendaki bukit karang, dan berhasil melakukan tugas mereka, “mendiamkan” sebuah baterai artileri yang berkekuatan enam buah meriam 150mm. Ini tercatat sebagai kesuksesan SATU-SATUNYA dari Operasi Ceilee eh Jubilee! Pasukan Komando kemudian mundur pukul 07:30 sesuai dengan rencana. Kebanyakan anggota No.4 Commando berhasil kembali dengan selamat ke Inggris. Serangan mereka kemudian digolongkan sebagai sebuah contoh bagi serangan pasukan Komando di masa depan, sementara Lord Lovat dianugerahi Distinguished Service Order dan Captain Patrick Porteous dari No.4 Commando mendapat Victoria Cross atas perannya dalam serangan ini.
Pertempuran laut antara konvoy kecil Jerman dengan kapal yang membawa No.3 Commando telah menyiagakan para pasukan pertahanan Jerman di Pantai Blue. Pendaratan di dekat Puys sendiri dilakukan oleh Royal Regiment of Canada ditambah dengan tiga peleton dari Black Watch of Canada dan sebuah detasemen artileri yang diberi tugas untuk menetralisir baterai artileri serta senapan mesin yang melindungi pantai Dieppe. Mereka terlambat 20 menit dari jadwal yang ditentukan sehingga asap pelindung yang seharusnya menutupi aksi mereka kini telah terangkat.
Dengan hilangnya unsur kejutan serta kegelapan, kini pasukan Jerman telah siap-siaga di posisi mereka masing-masing sambil bersiap menanti kedatangan pasukan pendarat. Mereka telah terlindungi dengan baik dan mampu membuat pasukan Kanada (yang kemudian mendarat) tertahan di tempatnya. Tak lama setelah mencapai pantai, orang-orang Kanada ini mendapati diri mereka terjebak antara pantai dengan pasukan musuh sehingga tak mampu untuk bergerak. Royal Regiment of Canada secara resmi hancur lebur alias musnah alias euweuh deui alias wani piro: dari 556 orang anggota resimen ini, 200 orang tewas sementara 264 orang tertawan!
Di pantai Green, pada saat yang bersamaan dengan mendaratnya No.4 Commando, South Saskatchewan Regiment berangkat menuju Pourville. Mereka mendarat pukul 04:52 tanpa terdeteksi. Resimen ini mampu meninggalkan kapal pendarat mereka sebelum pasukan Jerman membuka tembakan. Sialnya, di tengah pendaratan beberapa kapal pendarat telah terbawa arus sehingga kebanyakan anggota batalyon mendapati diri mereka mendarat di sebelah barat sungai Scie dan bukan di sebelah timurnya! Karena mereka telah mendarat di tempat yang salah, maka resimen ini (dengan bukit target mereka berada di sebelah timur desa) mau tidak mau harus memasuki Pourville demi melintasi sungai dengan jembatan satu-satunya yang terdapat disitu.
Sebelum Saskatchewan mencapai jembatan, pasukan Jerman telah menempatkan senapan mesin dan senjata anti-tank untuk memblok pergerakan mereka. Tentu saja penyeberangan ini berubah menjadi neraka, dengan tentara yang tewas serta luka-luka memenuhi jembatan. Melihat ini, sang komandan (Lieutenant-Colonel Charles Cecil Ingersoll Merritt) dengan gagah berani maju ke depan dan berteriak kepada anakbuahnya: “Ayolah cepat! Tak ada apa-apa disini!” Penyerangan dimulai kembali, tapi tak ada satupun wilayah yang berhasil diduduki. Saskatchewan dan Cameron Highlanders of Canada, yang mendarat di sebelah mereka, tak mampu mencapai target yang dibebankan.
Meskipun Cameron mampu melakukan penetrasi lebih dalam dibandingkan dengan pasukan lain di hari itu, tapi mereka pun tak lama kemudian dipaksa untuk mundur kembali saat pasukan cadangan Jerman dikirimkan secara buru-buru ke lokasi pertempuran. Dengan waktu yang semakin menipis, kedua resimen ini menderita lebih banyak lagi korban saat mereka mundur. Hanya 341 orang yang mampu mencapai kapal pendarat dan kabur, sementara yang lainnya dipaksa untuk menyerah. Untuk perannya dalam pertempuran ini, Letkol Merritt dianugerahi Victoria Cross.
Salah satu sasaran penyerbuan Dieppe adalah untuk menemukan peran penting serta akurasi dari sebuah stasiun radar Jerman yang terletak di puncak bukit sebelah timur kota Pourville. Untuk mencapainya, Flight Sergeant Jack Nissenthall dari RAF (yang merupakan seorang pakar radar) diperbantukan di South Saskatchewan Regiment. Dia akan dimasukkan ke stasiun radar dan kemudian mempelajari rahasia-rahasia penting yang terkandung di dalamnya. Tentu saja dia tidak sendirian dalam menjalankan tugasnya, melainkan dibantu oleh sebuah unit kecil yang terdiri dari 11 orang Saskatchewan sebagai bodyguard. Nissenthall menawarkan diri secara sukarela untuk bergabung dalam misi ini dan mengetahui betul bahwa, karena pengetahuannya yang sangat luas akan teknologi radar Sekutu, maka para bodyguard Saskatchewan-nya akan membunuhnya bila diperlukan demi mencegah dia jatuh ke tangan Jerman!
Tidak hanya itu, dia juga membawa sebuah pil sianida sebagai usaha pengamanan terakhir. Nissenthall dan para pengiringnya gagal memasuki stasiun radar karena pertahanan musuh yang terlalu kuat, meskipun Nissenthall kemudian mampu untuk merangkak ke bagian belakang stasiun di bawah rentetan tembakan dan berhasil memutus semua sambungan telepon yang menuju ke stasiun tersebut. Hal ini memaksa para awak stasiun di dalam untuk beralih menggunakan sambungan transmisi radio untuk berbicara dengan komandannya, transmisi yang sudah disadap oleh para “penguping” Sekutu di pantai selatan Inggris. Sekutu mampu mempelajari banyak hal tentang larik antena stasiun radar Jerman di sepanjang pantai Channel karena tindakan yang sederhana ini, dan yang meyakinkan mereka akan pentingnya mengembangkan teknologi pengacak radar. Dari unit kecil ini, hanya Nissenthall dan satu lagi yang berhasil kembali dengan selamat ke Inggris.
Untuk mempersiapkan wilayah yang akan menjadi lokasi pendaratan utama, empat buah kapal perusak membombardir pantai saat kapal pendarat mendekat. Pukul 05:15 mereka dibantu oleh lima buah skuadron Hurricane RAF yang membom pertahanan pantai dan mengeluarkan pelindung asap yang menutupi pasukan penyerang. Antara pukul 05:20 dan 05:23, 30 menit setelah pendaratan pertama dilakukan, serangan frontal utama dilakukan oleh Essex Scottish dan Hamilton Light Infantry. Pasukan infanteri ini tadinya akan dilindungi oleh tank-tank Churchill dari 14th Canadian Armoured Regiment yang mendarat di waktu yang sama, hanya saja mereka kemudian tiba di pantai lebih lambat dari waktu yang ditentukan.
Sebagai akibatnya, dua resimen infanteri mau tidak mau harus menyerang tanpa perlindungan kendaraan lapis baja. Mereka menghadapi tembakan gencar senapan mesin yang datang dari tempat-tempat perlindungan yang digali di bukit-bukit yang berdekatan. Pasukan Sekutu menjadi bulan-bulanan tembakan Jerman. Ketika tank-tank akhirnya datang, hanya 29 saja yang mendarat. Dua di antaranya nyungseb di air dalam, dan 12 lainnya tak mampu bergerak sama sekali di lapisan pasir pantai yang lunak. Hanya 15 tank yang mampu melintasi benteng laut, tapi kemudian mereka menghadapi serangkaian rintangan tank yang menghalangi mereka dari memasuki kota. Karena tidak bisa maju, mereka akhirnya dipaksa untuk kembali ke pantai demi menyediakan tembakan perlindungan bagi pasukan infanteri yang kini juga sama-sama mundur. Tak ada satupun tank ini yang berhasil kembali ke Inggris. Semua awaknya yang mendarat kemudian terbunuh atau tertangkap.
Tanpa sadar akan situasi yang terjadi di pantai akibat halangan asap pelindung yang disebarkan oleh kapal perusak, Mayjen Roberts mengirimkan dua unit cadangan ke garis depan: Fusiliers Mont-Royal dan Royal Marines. Pukul 07:00 Fusiliers, di bawah komando Lieutenant-Colonel Dollard Ménard, berangkat menuju pantai dengan menggunakan 26 buah kapal pendarat. Mereka langsung disambut oleh pasukan Jerman dengan “selayaknya”, yang menghujani mereka dengan tembakan senapan mesin, mortir, dan granat. Fusiliers hancur total, dan hanya beberapa orang yang mampu mencapai kota. Orang-orang ini pun bernasib tidak kalah naasnya, karena sekarang mereka harus melalui tengah-tengah kota Dieppe dan terjebak di bawah bukit karang.
Robert lalu memerintahkan Royal Marines untuk menolong mereka. Pasukan ini tidaklah dirancang sebagai pasukan pendukung Fusiliers, dan mereka harus dipindahkan terlebih dahulu dari gunboat dan motorboat ke kapal pendarat. Tak hanya itu, kapal mereka pun dihajar habis-habisan saat mencoba mendarat sehingga banyak di antaranya yang hancur atau rusak. Royal Marines yang berhasil sampai ke pantai kemudian tewas atau tertangkap. Setelah insyaf akan situasi gawat darurat yang kini terjadi, komandan Royal Marines (Lieutenant-Colonel Phillipps) berdiri di atas buritan kapal pendaratnya dan memberi sandi kepada sisa anakbuahnya untuk kembali lagi. Beberapa saat kemudian dia tewas terbunuh...
Selama penyerbuan, sebuah peleton mortar dari Calgary Highlanders yang dikomandani oleh Lieutenant F.J. Reynolds diikutsertakan pada tim pendarat, tapi kemudian mereka tetap berada jauh dari pantai setelah dua buah tank yang berada bersama mereka di kapal (diberi nama sandi Bert dan Bill) mendarat. Nama Sergeant Lyster dan Pittaway kemudian disebutkan dalam laporan pasca-pertempuran atas aksi mereka menembak jatuh dua buah pesawat Jerman, sementara seorang perwira dari resimen tersebut terbunuh saat berada di pantai bersama markas brigade.
Pada pukul 11:00, di bawah tembakan gencar pihak Jerman, gerakan mundur dari pantai pendaratan utama mulai dilakukan dan baru selesai pukul 14:00. Korban penyerbuan Dieppe tercatat sebagai berikut: 3.367 prajurit Kanada dan 275 pasukan Komando Inggris tewas, luka-luka atau ditawan. Royal Navy kehilangan satu buah kapal perusak dan 33 kapal pendarat, juga 550 orang yang tewas atau terluka. RAF kehilangan 106 pesawat sementara Luftwaffe 48. Korban di pihak Angkatan darat Jerman sendiri tercatat 591 orang.
Medali Victoria Cross dianugerahkan kepada tiga orang yang terlibat dalam operasi ini: kepada Captain Porteous, No. 4 Commando; Reverend John Weir Foote, pendeta di Royal Hamilton Light Infantry; dan Lieutenant-Colonel Merritt dari South Saskatchewan Regiment. Baik Foote maupun Merritt menjadi tawanan perang. Dua tahun kemudian (1944), 2nd Canadian Infantry Division berhasil membebaskan Dieppe dari tangan Jerman, sementara Mayjen Roberts yang menjadi komandan mereka telah dipindahkan untuk menjadi komandan unit cadangan di Inggris.
Jenderal Montgomery ditunjuk menjadi komandan 21st Army Group sekaligus sebagai panglima seluruh pasukan darat dalam pendaratan di Normandia bulan Juni 1944. Pada bulan Oktober 1943 Laksamana Mountbatten ditunjuk sebagai Panglima Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara. Mountbatten kemudian membenarkan penyerbuan ke Dieppe dengan mengatakan bahwa pelajaran yang diambil dari penyerbuan tersebut kemudian banyak membantu pihak Sekutu dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya.
Dia kemudian mengklaim, “Aku tak punya keraguan sedikitpun bahwa Pertempuran Normandia sebenarnya dimenangkan di pantai Dieppe. Untuk setiap orang yang gugur di Dieppe tahun 1942, setidaknya 10 orang telah terselamatkan di Normandia tahun 1944.” Klaim ini diperdebatkan oleh sejarawan militer Mayjen Julian Thompson. Penyerbuan amfibi di Afrika Utara dilakukan hanya tiga bulan setelah Dieppe, dan pendaratan Normandia yang lebih sukses dilakukan dua tahun setelahnya.
Tak lama setelah kehancuran di Dieppe, pihak Inggris mengembangkan kendaraan lapis baja khusus dari berbagai jenis yang memungkinkan para awaknya melakukan tugas-tugas berbahaya dengan terlindungi oleh lapisan baja (yang paling terkenal dari kendaraan macam ini adalah Hobart’s Funnies, cari saja di www.cubluk.com untuk keterangan lebih lanjutnya!). Bencana Dieppe juga menyadarkan Sekutu untuk lebih menggalakkan dukungan tembakan kapal laut saat penyerbuan amfibi dilakukan, dan ini juga termasuk pembombardiran dari udara. Operasi ini telah menunjukkan begitu banyak kekurangan dalam teknik-teknik pelindung darat RAF, sehingga tak lama kemudian didirikanlah sebuah Unit Taktis Angkatan Udara yang terintegrasi yang bertujuan sepenuhnya untuk mendukung ofensif di darat.
Operasi udara Sekutu dalam rangka mendukung Operasi Jubilee berujung pada beberapa pertempuran udara paling sengit dari sejak tahun 1940. tujuan utama RAF adalah untuk memberikan payung perlindungan di atas pasukan penyerang amfibi serta lokasi pendaratan, plus untuk memaksa Luftwaffe terjun ke dalam perang habis-habisan di tengah medan yang ditentukan oleh Sekutu. Sekitar 51 skuadron pemburu Spitfire dikerahkan, bersama dengan delapan skuadron pemburu-pembom Hurricane, empat skuadron pengintai Mustang Mk Is dan tujuh skuadron grup pembom ringan no.2. untuk menghadapinya, Luftwaffe mengerahkan 120 pemburu yang operasional dari Jagdgeschwader 2 dan 26 (JG 2 dan JG 26), pesawat-pesawat pembom Dornier Do 217 dari Kampfgeschwader 2 dan berbagai elemen pembom anti kapal laut yang berasal dari III./KG 53, II./KG 40 dan I./KG 77.
Meskipun pada awalnya rada terlambat merespons operasi pendaratan tersebut, pemburu-pemburu Jerman mulai membuat kehadiran mereka dirasakan seiring dengan berlalunya waktu. Meskipun (lagi) pesawat-pesawat pemburu Sekutu cukup sukses dalam melindungi pasukan darat dan laut dari serangan pembom Jerman, tapi mereka kelimpungan ketika harus berhadapan dengan pilot-pilot Jagdgeschwader yang berpengalaman.
Seusai pertempuran, Komando Pemburu Inggris dengan Pede (persis dedemit) mengatakan bahwa mereka telah menimbulkan korban besar buat Luftwaffe. Fakta di lapangan membuktikan sebaliknya! Korban di pihak Sekutu berjumlah 106 pesawat, termasuk 88 buah pesawat pemburu RAF yang hancur atau rusak. Dari jumlah ini, 44 Spitfire menjadi korban dalam pertempuran udara dan sisa tiga lagi hancur oleh tembakan Flak dari darat. 23 pesawat lainnya hancur atau rusak oleh Flak, atau disebabkan kecelakaan. Jumlah keseluruhan Spitfire yang hancur atau rusak adalah 70 buah. Selain itu, 18 pembom juga menjadi korban. Di pihak Luftwaffe, 48 pesawat hancur. Dari jumlah ini, 28 di antaranya adalah pembom, yang setengah di antaranya adalah Dornier Do 217 dari KG 2. Satu dari dua Jagdgeschwader yang terlibat, JG 2, kehilangan 14 Focke-Wulf Fw 190 dan delapan pilotnya yang terbunuh. JG 26 kehilangan enam Fw 190 bersama dengan pilotnya.
Saat pendaratan terjadi, Brigadier William Wallace Southam membawa ke pantai sebuah salinan rencana penyerangan yang diklasifikasikan sebagai dokumen super rahasia. Meskipun dia mencoba menguburnya di bawah kerikil saat menyerah kepada pasukan Jerman, tapi usahanya diketahui oleh penawannya sehingga salinan tersebut jatuh ke tangan Wehrmacht. Rencana penyerangan, yang kemudian dikritik pedas karena ukurannya yang besar dan tahapannya yang terlalu rumit, mengandung perintah untuk memborgol tawanan. Tidak hanya itu, pihak Wehrmacht kemudian menerima laporan akan adanya mayat seorang tawanan Jerman terbawa arus ke pantai dengan tangan terikat ke belakang tak lama setelah tentara Kanada mundur.
Ketika hal ini disampaikan kepada Hitler, dia memerintahkan agar balik memborgol setiap tentara Kanada yang tertangkap. Tidak mau kalah, pihak berwenang Inggris dan Kanada langsung memerintahkan hal yang sama terhadap tawanan Jerman yang disekap di Kanada. Meskipun pemerintahan Kanada menentang perlakuan ini, yang mereka anggap akan berpengaruh buruk terhadap warga mereka yang menjadi tawanan Jerman, tapi pada akhirnya mereka nurut juga demi mempertahankan hubungan baik serta persatuan dengan induk semangnya, Inggris. Ujung-ujungnya, seperti yang telah diduga oleh Kanada, perintah pemborgolan ini menjadi penyebab utama dari masalah besar dan satu-satunya pemberontakan terbuka di sebuah kamp tawanan Kanada dalam Perang Dunia II, suatu peristiwa yang dikenal dengan nama “Battle of Bowmanville”. Tidak mau membuat masalah lagi, pihak Kanada dan Jerman tak lama kemudian mencabut kebijakan ini setelah adanya campur tangan dari negara netral Swiss.
Jerman memutuskan untuk memberi hadiah terhadap kota Dieppe akan tindakannya yang tidak membantu pasukan penyerang dengan membebaskan semua tawanan Prancis asal Dieppe yang berada dalam kamp mereka, dan bahkan tidak protes sedikitpun saat menerima daftar panjang orang-orang yang harus dibebaskan yang diserahkan oleh pejabat kota Dieppe. Akibatnya, ratusan tawanan Prancis dipersilakan untuk menghidup udara bebas, dengan banyak di antaranya bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Dieppe! Sebagai tambahan, Hitler memberikan hibah 10 juta francs kepada kota tersebut.
Kesaksian dari tangan pertama serta memoar dari banyak veteran Kanada yang mendokumentasikan pengalaman mereka di pantai Dieppe sama-sama memberitakan tentang kesiapan pihak pertahanan Jerman yang tidak biasa, seakan-akan mereka tahu akan adanya serangan jauh sebelum waktunya. Salah seorang perwira yang ikut terlibat, Lieutenant Colonel Labatt, bersaksi bahwa dia melihat sebuah papan-papan penunjuk yang digunakan untuk latihan mortir, yang tampaknya belum lama dipasang, di pantai. Tidak hanya itu, saat baru saja mendarat di pantai Dieppe, kapal-kapal pendarat langsung dihantam oleh bom-bom artileri dengan ketepatan yang mengejutkan.
Adanya tanda penunjuk latihan serta pemboman yang jitu menjadi petunjuk akan adanya sebuah pasukan yang siap-sedia. Di tempat lain, saat interogasi terhadap seorang tawanan Jerman dilakukan, Major C. E. Page menemukan bahwa empat batalyon senapan mesin sengaja dibawa secara “special pake telor” sebagai antisipasi serangan! Bagaimanapun, faktor utama yang membuat Sekutu yakin bahwa Jerman telah bersiap-sedia menghadapi pendaratan berminggu sebelumnya adalah kesaksian dari begitu banyak tawanan Jerman, pihak Jerman yang menangkap tentara Sekutu, serta penduduk sekitar yang semuanya mengatakan hal yang sama persis: Gue... elo... end!
Hal “ajaib” lain yang berkaitan dengan pendaratan Dieppe adalah ini: Pada tanggal 17 Agustus 1942, petunjuk “pelabuhan Prancis (6)” nongol dalam TTS (Teka-Teki Silang) yang dimuat di Daily Telegraph (dibuat oleh Leonard Dawe), diikuti dengan jawabannya “Dieppe” keesokan harinya; tanggal 19 Agustus, penyerbuan terhadap Dieppe dilancarkan. Kantor Perang Sekutu sempat mencurigai bahwa TTS tersebut telah digunakan untuk menyampaikan pesan intelijen kepada musuh sehingga memerintahkan Lord Tweedsmuir, perwira intelijen senior yang diperbantukan di Angkatan Darat Kanada, untuk menginvestigasi TTS tersebut. Tweedsmuir, putra dari pengarang terkenal John Buchan, kemudian berkomentar:
“Kami menemukan bahwa TTS tersebut mengandung kata “Dieppe”, sehingga kemudian bahkan M15 (dinas intelijen Inggris) ikut campur tangan melakukan penyelidikan yang menyeluruh terhadap sang pembuatnya. Tapi pada akhirnya disimpulkan bahwa hal ini adalah suatu kebetulan yang mengagumkan belaka – benar-benar suatu kebetulan!”
Prajurit-prajurit yang kehilangan nyawanya dalam Pertempuran Dieppe dikuburkan oleh pihak Jerman, dan menciptakan sebuah layout yang unik di Kuburan Perang Kanada Dieppe – batu nisannya telah ditempatkan saling membelakangi dalam dua baris, yang merupakan suatu hal yang normal ditemui di kuburan perang Jerman tapi tidak ditemukan di lokasi kuburan perang Persemakmuran selainnya! Ketika Sekutu menduduki Dieppe sebagai bagian Operation Fusilade tahun 1944, penanda kuburannya digantikan tapi layoutnya tetap dibiarkan tidak berubah untuk menghindari “terganggunya” sisa-sisa jenazah yang terkubur di dalamnya. (Oleh: Alif Rafik Khan)
Tawanan Sekutu digiring oleh Feldgendarmerie (Polisi Militer) Jerman
Dalam penyerbuan Sekutu yang gagal atas pelabuhan Dieppe tanggal 19 Agustus 1942, mereka berhasil menawan seorang prajurit Jerman yaitu Unteroffizier Leo Marsiniak. Dia ditangkap oleh no.4 Commando Inggris di baterai artileri Jerman yang terletak di Varengeville. Di atas tampak dia sedang digiring oleh para komando tersebut setelah tiba dengan selamat di Newhaven
Foto tawanan Sekutu lainnya. Ini kemungkinan besar diambil di Rue de Sygogne yang mengarah dari sisi barat pantai Dieppe
Pihak Jerman merawat para korban yang terluka, yang kebanyakannya adalah prajurit Inggris dan Kanada yang notabene merupakan musuh mereka! Salah satu gambaran tindakan mulia dalam sebuah peperangan yang terkenal paling brutal dalam sejarah
Dua orang tentara Kanada yang kehilangan nyawanya di pantai Dieppe
Dua orang prajurit Kanada yang terluka serta tank Churchill yang ditinggalkan awaknya setelah pendaratan. Sebuah kapal pendarat terlihat terbakar di latar belakang
Senjata-senjata yang berhasil dirampas Jerman dalam pertempuran Dieppe (1942) dan deretan mayat prajurit Sekutu yang telah dijejerkan
Mobil lapis baja Daimler Dingo dan dua buah tank Churchill teronggok di tepi pantai Shingle. Tank Churchill yang paling depan dilengkapi dengan alat penyembur api yang terpasang di lambungnya, sementara tank di belakangnya telah kehilangan rantai rodanya. Keduanya mempunyai alat tambahan untuk meninggikan knalpot saat berjalan di air dangkal
Mayat prajurit Kanada berserakan di pantai Blue di Puys. Tingginya tembok laut dapat terlihat di foto ini, dengan sarang senapan mesin yang terletak persis di atas kepala prajurit penjaga Jerman. Posisinya sengaja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan menjangkau seluruh bagian samping luar tembok
Tampaknya para prajurit malang Sekutu ini HANCUR sebelum sempat keluar dari kapal pendaratnya, kemungkinan besar oleh hantaman artileri atau tembakan senapan mesin berat
Prajurit Kanada tergeletak tak bernyawa di tepi pantai, sementara sebuah kapal pendarat yang hancur dan mengeluarkan asap terlihat di latar belakang. Sebuah benteng pertahanan Jerman di sebelah kanan yang terbuat dari beton mempunyai jangkauan seluruh wilayah pantai di sekitarnya. Disini kita juga bisa melihat garis pantai yang menanjak
Ketika sebuah bunker beton kokoh bahkan bobol begitu rupa! Di latar belakang adalah reruntuhan kasino Dieppe
Seorang tentara Jerman bersenjatakan Stielhandgranate melintasi mayat-mayat tentara Kanada yang ditutupi oleh selimut tak lama setelah berakhirnya serangan Sekutu yang gatot (gagal total) di Dieppe tahun 1942
Tank Churchill yang menjadi korban pertempuran sedang diinspeksi oleh pihak Jerman
Seorang Leutnant yang merupakan Zuführer dari Panzerbergungstrupp (Tim Penyelamat Panzer) bernama Epple nongkrong di atas sebuah tank Churchill di pantai Dieppe, Agustus 1942. Mereka merupakan bagian dari 3.Zug/49.Panzer-Pionier-Bataillon (bagian dari 10.Panzer-Division yang berpangkalan di Amiens) yang ditugaskan untuk "membersihkan" sisa-sisa pertempuran
Pantai Dieppe setelah pertempuran usai
0 komentar:
Posting Komentar