Minggu, 06 Mei 2012

Siddhartha Gautama, Orang yang Diberi Penerangan

Gautama Buddha dilahirkan dengan nama Siddhārtha Gautama (Sanskerta: Siddhattha Gotama; Pali: "keturunan Gotama yang tujuannya tercapai"). 
 
Lahir tahun 563 SM, putra dari Raja Sudodana dari kerajaan Kosala di Kapilawastu (Suku Sakya) sebelah timur laut India berbatasan dengan Nepal, konon lahir di Lumbini yang kini termasuk wilayah negara Nepal.

Ia adalah pendiri Agama Buddha yang hingga kini tersebar luas di muka bumi terutama di Benua Asia. Dia juga dikenal sebagai Shakyamuni ('orang bijak dari kaum Sakya') dan sebagai sang Tathagata. 

Siddhartha Gautama adalah guru spiritual dari wilayah timur laut India. Ia secara mendasar dianggap oleh pemeluk Agama Buddha sebagai Buddha Agung (Sammāsambuddha) pada masa sekarang. Waktu kelahiran dan kematiannya tidaklah pasti, sebagian besar sejarawan dari awal abad ke 20 memperkirakan kehidupannya antara tahun 563 SM sampai 483 SM. 

Siddhartha sejak kecil dididik dalam kemewahan istana, tidak diperbolehkan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan. Pada suatu hari tanpa sepengetahuan keluarga istana, Siddhartha berjalan-jalan keluar istana dan melihat kenyataan hidup manusia. Anak-anak sakit, orangtua yang sakit dan meninggal dunia. Hal ini menjadikan kecemasan Siddhartha, apakah semua orang mengalami seperti ini? Jadi hidup adalah penderitaan.

Siddhartha bertekad untuk menjadi pertapa agar menemukan jawaban dari segala pertanyaan batinnya. Saat berumur 29 tahun, setelah anak pertamanya lahir, Gautama meninggalkan kehidupan istananya berkelana mencari kebenaran sejati. Dia tinggalkan istana meninggalkan semua kemewahan, tanpa membawa harta ataupun keluarganya.

Dia banyak berguru kepada orang-orang bijak. Siddhartha meninggalkan istana untuk mencari kebahagiaan batinnya, menuju ke tengah hutan di Bodh Gaya. Ia bertapa di bawah pohon dan mendapatkan bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu kemudian dikenal sebagai pohon Bodhi. Akhirnya pada suatu malam, Siddhartha merenung dalam-dalam mengenai berbagai permasalahan hidup dan pemecahannya.

Ketika matahari terbit ia mendapatkan yakin telah memiliki kesimpulan dari permasalahan batin serta menemukan makna “kebenaran”. Sejak itu ia menyebut dirinya Buddha yang berarti "orang yang diberi penerangan." Kemudian Sidharta berkelana di berbagai tempat di India untuk menyebarkan keyakinan dan filosofinya mengenai ajaran Buddha.

Saat dia wafat, tahun 483 sebelum Masehi, sudah ratusan ribu pemeluk ajarannya. Meskipun ucapan-ucapannya masih belum didokumentasikan, tapi ajarannya ternyata mampu dihafal oleh banyak pengikutnya, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Pokok ajaran Buddha dapat diringkas di dalam apa yang menurut istilah penganutnya "Empat kebajikan kebenaran."

Pertama, kehidupan manusia itu pada dasarnya tidak bahagia; kedua, penyebab ketidakbahagiaan ini karena manusia terbelenggu oleh nafsu; ketiga manusia harus mengendalikan dirinya agar tidak terbelenggu hawa nafsu. Jika ini sudah dilakukan maka manusia akan memasuki nirwana,; keempat, menimbang benar, berpikir benar, berbicara benar, berbuat benar, cari nafkah benar, berusaha benar, mengingat benar, meditasi benar.

Agama Buddha itu terbuka buat siapa saja, tak peduli dari ras apa pun dia, (ini yang membedakannya dengan Agama Hindu). Agama Buddha tidak mengakui kesucian buku-buku Weda dan tidak mengakui pembagian kasta dalam masyarakat. Agama Buddha sangat menarik bagi golongan kasta rendah karena tidak ada pembagian manusia ke dalam kasta.

Dalam ajaran Buddha manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi), hidup adalah samsara. Samsara disebabkan karena adanya hasrat atau nafsu akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan dengan cara menindas nafsu (tresna) melalui delapan jalan (astavidha) yaitu :
  1. Mempunyai pemandangan (ajaran) yang benar.
  2. Mempunyai niat atau sikap yang benar.
  3. Berbicara yang benar.
  4. Berbuat atau bertingkah laku yang benar.
  5. Mempunyai penghidupan yang benar.
  6. Berusaha yang benar.
  7. Memperhatikan hal-hal yang benar dan
  8. Bersemedi yang benar.
Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna):
  1. Berlindung kepada Buddha.
  2. Berlindung kepada Dharma (ajaran agama Buddha)
  3. Berlindung kepada Sanggha (perkumpulan/masyarakat pemeluk agama Buddha).
Sesudah Gautama wafat, perkembangan Agama Buddha berjalan lambat sampai akhirnya mencapai perkembangan pesat ketika abad ke-3 sebelum Masehi. Ini disebabkan Raja Asoka menjadi pemeluk Agama Buddha. Seperti diketahui Raja Asoka adalah seorang penguasa kerajaan besar di India (273–232 SM).

Akibat pengaruhnya, Agama Buddha meluas sampai ke seluruh Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara, Asia tengah, hingga ke Jepang dan Korea. Namun sekitar tahun 500 SM pengaruh Buddha di India justru menurun dan hampir punah tahun 1200. Sebaliknya di Cina dan di Jepang, Agama Buddha tetap bertahan sebagai agama pokok. Begitu pula di Tibet dan Asia Tenggara agama itu mengalami masa jayanya berabad-abad
Kitab suci agama Buddha disebut Tripitaka (tiga keranjang), yang terdiri dari:
  1. Winayapitaka,
  2. Sutrantapitaka dan
  3. Abdidarmapitaka.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Pali. Agama Buddha mencapai puncak kejayaannya pada jaman kekuasaan Raja Asoka (273–232 SM), dimana agama Buddha ditetapkan sebagai agama resmi negara. Dalam perkembangannya agama Buddha pecah menjadi dua aliran, yaitu:
  1. Buddha Mahayana (kendaraan besar), artinya jika seorang telah dapat mencapai nirwana, hendaklah memikirkan orang lain yang masih dalam kegelapan (bersifat terbuka).
  2. Buddha Therawadha atau Buddha Hinayana (kendaraan kecil), artinya yang penting bagaimana setiap individu dapat mencapai nirwana bagi diri sendiri (bersifat tertutup). (K-4/Acil)

0 komentar:

Posting Komentar