Komhukum
(Jakarta) - Pemilihan kepala daerah Jakarta atau gubernur DKI Jakarta
selalu menjadi hal yang menarik banyak kalangan karena bukan hanya
sebuah jabatan yang prestisius dan memimpin sebuah ibukota negara namun
kerap juga dijadikan barometer kekuatan atau basis suara partai politik
untuk kepentingan pemilu.
Hingga sebelum dilakukannya penghitungan cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei yang ditayangkan oleh media elektronik pada Rabu (11/7) mulai pukul 13:00 WIB hampir tidak ada yang berpendapat bahwa pasangan nomor urut tiga Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan unggul dari pasangan nomor urut satu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Publik, dan bahkan mungkin pasangan calon, kemudian terkejut dengan hasil hitung cepat. Dari Jaringan Suara Indonesia (JSI) Perolehan hitung cepat JSI memastikan Jokowi-Ahok unggul dalam Pilkada DKI putaran pertama dengan perolehan suara 41,97 persen (48.413 suara).
Sedangkan calon gubernur "incumbent" Foke-Nara meraup suara 34,42 persen (39.703 suara), kemudian disusul Hidayat Nur Wahid-Didik dengan 11,4 persen (13.148), Alex Noerdin-Nono Sampono 5,16 persen (5.854), Faisal-Biem Benyamin 5,16 persen (5.949) dan Hendardji-Riza Patria memperoleh 1,88 persen (2.173).
JSI juga mencatat tingkat partisipasi pemilih hanya 62,07 persen dari total sampel suara 115.340 suara. Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat hasil hitung cepat yang dilakukan Pasangan Jokowi-Basuki unggul dengan 42,74 persen suara, di atas Foke-Nara yang hanya meraup 33,57.
Sementara itu, pasangan lainnya, yaitu Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini 11,96 persen, Faisal Basri-Biem Benjamin 4,94 persen, Alex Noerdin-Nono Sampono 4,74 persen dan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria 2,05 persen. Indo Barometer mencatat pasangan Foke-Nara menempati posisi kedua di bawah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama yang memperoleh dukungan sebesar 42,24 persen.
Sementara itu pasangan M. Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini mendapat dukungan suara 11,50 persen, Faisal Batubara-Biem Triani Benyamin sebesar 5,11 persen, Alex Noerdin-Nono Sampono sebesar 4,73 persen dan yang terakhir pasangan Hendardji Soepandji-A. Riza Patria sebesar 2,65 persen.
Luar Perkiraan Hasil pemungutan suara 11 Juli 2012 memang belum diumumkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, karena proses penghitungan berjenjang dari TPS, tingkat keluarahan, kecamatan, kota dan akhirnya provinsi masih dilakukan. KPU DKI Jakarta sendiri rencana akan mengumumkan hasil penghitungan suara pada 19 Juli mendatang.
Keunggulan Jokowi-Ahok, meski saat ini baru berdasarkan penghitungan cepat versi lembaga survei, bila dianalisis lebih mendalam ditentukan setidaknya oleh sejumlah faktor.
Faktor yang pertama, meskipun sosok Joko Widodo sebagai Walikota Solo sudah dikenal secara luas sejak beberapa tahun terakhir, ketidakpuasan sejumlah warga atas kinerja incumbent dalam lima tahun terakhir ini bisa jadi merupakan salah satu faktor suara Jokowi-Ahok unggul dibandingkan Foke-Nara.
Meskipun dalam satu tahun terakhir sebelum masa jabatannya berakhir Fauzi Bowo bersama Pemprov DKI Jakarta mencanangkan sejumlah proyek untuk menyelesaikan permasalahan di Jakarta seperti banjir, kemacetan dan juga transportasi umum, hasilnya belum membuat masyarakat ibukota merasakan perubahan yang signifikan.
Faktor yang kedua adalah faktor nama Joko Widodo yang sebelumnya dikenal berhasil menata Kota Solo dan dalam sembilan bulan terakhir secara reguler masuk dalam pemberitaan media massa sehingga sosok yang semula belum dikenal secara meluas di Jakarta ini kemudian popularitasnya bisa dikatakan meroket.
Faktor ketiga adalah massa yang dimiliki oleh partai yang mengusung pasangan tersebut yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra.
Walaupun demikian, hasil dari putaran pertama ini belum bisa dijadikan tolak ukur PDIP maupun Gerindra atas peluang perolehan suara mereka dalam pemilu legislatif 2014 mendatang di Jakarta karena ada dua faktor dominan lainnya yang mempengaruhi keunggulan Jokowi-Ahok dibandingkan Foke-Nara dalam pemungutan suara versi hitung cepat lembaga survei.
Peluang putaran kedua Banyak kalangan memperkirakan peluang Jokowi-Basuki memenangi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada putaran kedua cukup besar. Cukup menggandeng pemilih dari pasangan calon lainnya, bisa mendorong perolehan suara hingga 51 plus satu persen. Saat menyampaikan keterangan pers usai diumumkannya perhitungan cepat versi lembaga survei, Joko Widodo mengatakan tidak ada strategi besar menghadapi putaran kedua karena hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit sementara anggaran mereka terbatas.
Yang penting dilakukan Jokowi-Ahok menjelang 20 September adalah menjaga momentum sekaligus terus melakukan pendekatan pada pasangan calon lainnya yang tidak lolos ke putaran kedua agar massa mereka bisa memberikan suara bagi Jokowi-Ahok. Bagi Fauzi Bowo sendiri, putaran kedua bila semua pasangan calon lainnya memilih "merapat" ke Jokowi atau setengahnya saja berkomitmen memberikan massanya ke Jokowi maka kondisi bisa menjadi rumit.
Namun demikian, kejutan tetap saja bisa terjadi di putaran kedua, termasuk kejutan bila Foke bisa berbalik unggul dari lawannya di putaran tersebut. Fauzi Bowo sendiri hendaknya tidak terlalu percaya diri bahwa perolehan suaranya akan meningkat seiring dengan pengkrucutan pasangan calon yang bertarung di putaran kedua.
Walaupun agak terlambat, Foke masih bisa menjadi perhatian dan mendapat dukungan warga Jakarta bila dalam sisa beberapa pekan menjelang 20 September 2012 bisa membuat kebijakan yang menghentak semua warga Jakarta dan berpengaruh secara signifikan mengatasi permasalahan Jakarta.
Misalnya, memutuskan kebijakan lalu lintas "contra flow" di seluruh koridor TransJakarta sehingga menurunkan secara drastis penyerobotan jalur khusus tersebut sehingga pada gilirannya memperlancar arus bus Transjakarta, atau mengeluarkan kebijakan menghapus ruang putar balik (U turn) di sepanjang Jalan H.R. Rasuna Said dan sehingga mengurangi penyebab kemacetan di ruas yang dikenal paling sibuk lalu lintasnya itu.
Bila tidak ada langkah gebrakan itu dan hanya mengandalkan kampanye dan penggalangan biasa, bukan tidak mungkin hasil yang sama seperti putaran pertama akan terjadi. (K-4/Panca Hari)
Hingga sebelum dilakukannya penghitungan cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei yang ditayangkan oleh media elektronik pada Rabu (11/7) mulai pukul 13:00 WIB hampir tidak ada yang berpendapat bahwa pasangan nomor urut tiga Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan unggul dari pasangan nomor urut satu Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Publik, dan bahkan mungkin pasangan calon, kemudian terkejut dengan hasil hitung cepat. Dari Jaringan Suara Indonesia (JSI) Perolehan hitung cepat JSI memastikan Jokowi-Ahok unggul dalam Pilkada DKI putaran pertama dengan perolehan suara 41,97 persen (48.413 suara).
Sedangkan calon gubernur "incumbent" Foke-Nara meraup suara 34,42 persen (39.703 suara), kemudian disusul Hidayat Nur Wahid-Didik dengan 11,4 persen (13.148), Alex Noerdin-Nono Sampono 5,16 persen (5.854), Faisal-Biem Benyamin 5,16 persen (5.949) dan Hendardji-Riza Patria memperoleh 1,88 persen (2.173).
JSI juga mencatat tingkat partisipasi pemilih hanya 62,07 persen dari total sampel suara 115.340 suara. Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat hasil hitung cepat yang dilakukan Pasangan Jokowi-Basuki unggul dengan 42,74 persen suara, di atas Foke-Nara yang hanya meraup 33,57.
Sementara itu, pasangan lainnya, yaitu Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini 11,96 persen, Faisal Basri-Biem Benjamin 4,94 persen, Alex Noerdin-Nono Sampono 4,74 persen dan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria 2,05 persen. Indo Barometer mencatat pasangan Foke-Nara menempati posisi kedua di bawah pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama yang memperoleh dukungan sebesar 42,24 persen.
Sementara itu pasangan M. Hidayat Nur Wahid-Didik J. Rachbini mendapat dukungan suara 11,50 persen, Faisal Batubara-Biem Triani Benyamin sebesar 5,11 persen, Alex Noerdin-Nono Sampono sebesar 4,73 persen dan yang terakhir pasangan Hendardji Soepandji-A. Riza Patria sebesar 2,65 persen.
Luar Perkiraan Hasil pemungutan suara 11 Juli 2012 memang belum diumumkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, karena proses penghitungan berjenjang dari TPS, tingkat keluarahan, kecamatan, kota dan akhirnya provinsi masih dilakukan. KPU DKI Jakarta sendiri rencana akan mengumumkan hasil penghitungan suara pada 19 Juli mendatang.
Keunggulan Jokowi-Ahok, meski saat ini baru berdasarkan penghitungan cepat versi lembaga survei, bila dianalisis lebih mendalam ditentukan setidaknya oleh sejumlah faktor.
Faktor yang pertama, meskipun sosok Joko Widodo sebagai Walikota Solo sudah dikenal secara luas sejak beberapa tahun terakhir, ketidakpuasan sejumlah warga atas kinerja incumbent dalam lima tahun terakhir ini bisa jadi merupakan salah satu faktor suara Jokowi-Ahok unggul dibandingkan Foke-Nara.
Meskipun dalam satu tahun terakhir sebelum masa jabatannya berakhir Fauzi Bowo bersama Pemprov DKI Jakarta mencanangkan sejumlah proyek untuk menyelesaikan permasalahan di Jakarta seperti banjir, kemacetan dan juga transportasi umum, hasilnya belum membuat masyarakat ibukota merasakan perubahan yang signifikan.
Faktor yang kedua adalah faktor nama Joko Widodo yang sebelumnya dikenal berhasil menata Kota Solo dan dalam sembilan bulan terakhir secara reguler masuk dalam pemberitaan media massa sehingga sosok yang semula belum dikenal secara meluas di Jakarta ini kemudian popularitasnya bisa dikatakan meroket.
Faktor ketiga adalah massa yang dimiliki oleh partai yang mengusung pasangan tersebut yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra.
Walaupun demikian, hasil dari putaran pertama ini belum bisa dijadikan tolak ukur PDIP maupun Gerindra atas peluang perolehan suara mereka dalam pemilu legislatif 2014 mendatang di Jakarta karena ada dua faktor dominan lainnya yang mempengaruhi keunggulan Jokowi-Ahok dibandingkan Foke-Nara dalam pemungutan suara versi hitung cepat lembaga survei.
Peluang putaran kedua Banyak kalangan memperkirakan peluang Jokowi-Basuki memenangi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada putaran kedua cukup besar. Cukup menggandeng pemilih dari pasangan calon lainnya, bisa mendorong perolehan suara hingga 51 plus satu persen. Saat menyampaikan keterangan pers usai diumumkannya perhitungan cepat versi lembaga survei, Joko Widodo mengatakan tidak ada strategi besar menghadapi putaran kedua karena hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit sementara anggaran mereka terbatas.
Yang penting dilakukan Jokowi-Ahok menjelang 20 September adalah menjaga momentum sekaligus terus melakukan pendekatan pada pasangan calon lainnya yang tidak lolos ke putaran kedua agar massa mereka bisa memberikan suara bagi Jokowi-Ahok. Bagi Fauzi Bowo sendiri, putaran kedua bila semua pasangan calon lainnya memilih "merapat" ke Jokowi atau setengahnya saja berkomitmen memberikan massanya ke Jokowi maka kondisi bisa menjadi rumit.
Namun demikian, kejutan tetap saja bisa terjadi di putaran kedua, termasuk kejutan bila Foke bisa berbalik unggul dari lawannya di putaran tersebut. Fauzi Bowo sendiri hendaknya tidak terlalu percaya diri bahwa perolehan suaranya akan meningkat seiring dengan pengkrucutan pasangan calon yang bertarung di putaran kedua.
Walaupun agak terlambat, Foke masih bisa menjadi perhatian dan mendapat dukungan warga Jakarta bila dalam sisa beberapa pekan menjelang 20 September 2012 bisa membuat kebijakan yang menghentak semua warga Jakarta dan berpengaruh secara signifikan mengatasi permasalahan Jakarta.
Misalnya, memutuskan kebijakan lalu lintas "contra flow" di seluruh koridor TransJakarta sehingga menurunkan secara drastis penyerobotan jalur khusus tersebut sehingga pada gilirannya memperlancar arus bus Transjakarta, atau mengeluarkan kebijakan menghapus ruang putar balik (U turn) di sepanjang Jalan H.R. Rasuna Said dan sehingga mengurangi penyebab kemacetan di ruas yang dikenal paling sibuk lalu lintasnya itu.
Bila tidak ada langkah gebrakan itu dan hanya mengandalkan kampanye dan penggalangan biasa, bukan tidak mungkin hasil yang sama seperti putaran pertama akan terjadi. (K-4/Panca Hari)
Sumber: KOMHUKUM.COM
0 komentar:
Posting Komentar