Selasa, 15 Mei 2012

Sukhoi Hilang di Belantara Gunung Salak

Sukhoi Superjet 100
Komhukum (Jakarta) - Gumpalan awan putih berkabut duka menyelimuti puncak Gunung Salak tempat puing-puing besi bersemayam penuh rahasia telihat dari ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), lokasi yang mereka sebut posko evakuasi korban Sukhoi Superjet 100, Balai Emrio Ternak, Cipelang, Bogor.

Senin (14/5) terhitung hari ke enam pasca hilangnya si burung besi asal Rusia. Hembusan angin dingin menusuk tulang, bertanya kabar kapan dan sampai kapan mereka bisa ditemukan. Rabu (9/5) berita duka hilangnya si besi perkasa tersiar seantero jagat raya. Namun yang paling menggetarkan jiwa, sebagian besar penumpangnya berasal dari rahim ibu pertiwi. Duka dan lara kembali mewarnai wajah negeri ini.

Sanak saudara cemas menanti, kabar berita anak, suami, saudara, istri, ayah dan ibu tercinta yang turut serta mengangkasa bersama besi baja. "Hingga hari ini, sebanyak 26 kantong jenazah sudah dievakuasi dari Gunung Salak ke Halim Perdanakusuma," kata Komandan Korem 061/Suryakancana, Kol. Inf. AM. Putranto pada Senin yang mendung tepat dipukul 13.30 WIB.

Kabar jatuhnya Sukhoi, menggugah nurani setiap jiwa yang memiliki. Setidaknya 2.000 orang lebih masyarakat Indonesia bahu-membahu mengulurkan tangannya mencari keberadaan mereka yang hilang di hutan belantara.
Operasi kemanusiaan mencari hilangnya Sukhoi
Pencarianpun dilakukan di bawah pimpinan Komandan Korem 061/Suryakancan Kol. Inf. AM. Putranto, selaku Pos Onscene Commander (OSC) operasi kemanusiaan mencari hilangnya Sukhoi mulai dilakukan Kamis (10/5).

Sebanyak 750 personel dari Bogor disiagakan menyisir belantara gunung berpuncak delapan yang mereka bilang "keramat". Seperti sekelompok semut yang tidak pernah lelah bekerja, manusia-manusia tangguh tersebut disebar menelusuri kaki gunung berpuncak delapan.

Bak pelangi senja nan indah, mejikuhibiu, mereka berasal dari bendera berbeda tapi menyatu dalam sebuah kelompok SAR dengan satu misi memberi kabar bahagia bahwa badai itu akan berlalu. "Tim pertama bertugas mencari lokasi jatuhnya pesawat. Setelah ditemukan, tim evakuasi akan bergerak membawa kantung-kantung jenazah mengevakuasi korban," kata Putranto.
Puing-puing Sukhoi tampak di puncak pertama Gunung Salak
Kegigihan anggota kemanusiaan membuahkan hasil, Jumat (12/3) tersiar kabar tim menemukan "peristirahatan" Sukhoi di antara 06 42' 623" LS dan 106 44' 412" BT. Di dasar lembah kedalaman 500 meter dari puncak pertama Gunung Salak di ketinggian 2.066 mdpl, burung besi memuntahkan bangkainya yang telah terluka.

Satu persatu Tim SAR mengumpulkan puing-puing penuh luka dengan alat seadanya, dipikul, dipungut dan diraba, sudah menjadi keharusan demi menyelamatkan luka yang tersisa. "Untuk menuju lokasi lembah ini, anggota SAR harus bergelantungan seperti "Spiderman" karena lembah ini posisinya sangat dalam dengan kemiringan 85 derajat," ujar Putranto.
  
Tim SAR mengumpulkan puing-puing pesawat dan mengevakuasi jenazah
 
Sejak Jumat (11/5), tim SAR terus memberi kabar satu persatu kantong-kantong jenazah tersebut dibawa menggunakan helikopter yang telah menunggu di landasan Helipad Cijeruk menuju Halim Perdana Kusuma. "Kami mengumpulkan puing-puing dan potongan-potongan jenazah yang bertebaran kemana-mana," kata Ading, salah satu relawan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Sukhoi hilang kendali dan menghantam tebing puncak Salak II. Bekas hantaman terlihat jelas dari arah puncak manik. Secara estafet, mereka yang bertarung nyawa demi kemanusiaan mengumpulkan puing-puing dan potongan-potongan tubuh yang terluka berselimut rahasia.

Tidak ada yang tahu apa dan siapa yang harus bertanggung jawab atas takdir yang kuasa. Kotak hitam sebagai pembuka tabir rahasia, masih diraba-raba letak dan posisinya. Tidak ketinggalan, Presiden Vladimir Putin dengan penuh rasa tanggung jawab mengirimkan relawannya membantu pencarian kunci jawaban hilangnya Sukhoi di atas Gunung Salak.

Sebanyak 46 orang utusan dari negara pecahan Uni Soviet itu meluncur ke bumi pertiwi. Mereka membentuk posko dan menurunkan peralatan canggihnya. Atas izin Kol. Inf. AM. Putranto, sebanyak 15 orang tim Rusia bergabung dengan 20 SAR Indonesia dilepas menuju lembah terdalam Gunung Salak dengan penuh persyaratan.
  
Tim SAR Rusia sedang melakukan pendakian di Gunung Salak
Dengan peralatan lengkap, 15 orang berkulit putih kemerahan itu meninggalkan posko menuju bibir gunung para raja. Selang menit berganti jam, dua utusan Rusia kembali pulang. Beban yang berat, medan yang sulit mengejutkan mereka. Betapa beratnya lokasi menuju Salak.

Namun, semangat tim SAR Indonesia tetap siap tempur menghantar tamu negara dalam misi pencarian puing-puing Sukhoi. Dua hari terakhir dalam pencarian, cuaca buruk memberi kabar. Tapi, evakuasi tetap dilanjutkan.

Hingga hari ke enam pencarian masih terus dilakukan di tengah ancaman hujan berkalang awan kelam. "Operasi pencarian ditutup sementara setiap jam 17.00 WIB dan akan dilanjutkan lagi esok harinya pada pukul 06.00 WIB," kata Danrem.

Keyakinan Keluarga Kecelakaan yang dialami Sukhoi memukul jiwa pihak keluarga. Kabar kehilangan pesawat yang berpenumpang 45 orang tersebut sangat dinantikan. Sidup Usman, ayahanda Dewi Mutiara (25) pramugari di maskapai Sky Avantion berkeyakinan putri pertamanya masih hidup.

"Saya yakin anak saya hidup, saya ingin tahu kabarnya dan bertemu melihat wajahnya," kata bapak empat orang anak ini.

Pria yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar mengungkapkan kerinduannya kepada sang putri sulung yang sudah dua minggu tidak bersua. Kenangan bersama sang putri masih terlintas jelas dibenak pria berkumis itu. "Menjadi pramugari adalah cita-citanya sejak kecil," kenangnya.
Dewi Mutiara, pramugari di maskapai Sky Avantion
Untuk mencari tahu secepatnya kabar sang putri yang sempat meminta izin sebelum tinggal landas bersama Sukhoi, membuat Usman nekad memboyong istri dan orang tuanya mencari tahu kabar peristiwa. Mengendarai dua mobil, ia melaju menuju wilayah Bogor. Lokasi yang menurut batinnya tempat anaknya berada. "Saya yakin di sini saya bisa dapat kabar tentang nasib anak saya," ungkapnya.

Sidup Usman berharap keajaiban berpihak pada dirinya. Namun, jika Tuhan menghendaki putrinya, ia pun mencoba mengikhlaskannya. "Saya ikhlas ini takdir yang kuasa, tapi saya harap kabar keberadaan putri saya dapat diketahui secepatnya," pintanya. (K-4 & Laily Rahmawati)

0 komentar:

Posting Komentar